menu

Kamis, 25 Juni 2015

ADA EKSAK DI PESANTREN

suasana pembelajaran pesantren tempo dulu

Ketika berbicara pesantren maka yang terbayang adalah hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam saja. Mulai dari pelajaran tentang al-Qur’an, ibadah, fiqih, tasawuf, akhlaq, dan hal-hal komplementer seperti pelajaran bahasa Arab dan sejarah Nabi. Namun ternyata pesantren-pesantren dahulu ketika sebelum penjajahan Belanda tidak hanya melulu mengajarkan tentang seluk-beluk agama saja.

Pesantren kala itu, benar-benar menjadi pusat pendidikan masyarakat Nusantara. Baik dalam pendidikan agama maupun pendidikan yang bersifat duniawi. Sebut saja pelajaran-pelajaran ilmiah atau biasa dikenal dengan ilmu eksak.

Setidaknya hal ini terlihat dari buku – buku yang beredar dikalangan pesantren pada masa – masa itu. Banyak ditemukan teks – teks khas pesantren yang membahas tentang ilmu kedokteran, biologi, geografi, astronomi, bahkan tentang ilmu teknik. Selain ditulis dalam bahasa Arab, buku – buku tersebut juga banyak yang ditulis dengan huruf Arab Pegon dengan bahasa pengantar Melayu atau Jawa.

Dalam bidang kedokteran, misalnya, ada beberapa teks yang tersimpan di Perpustakaan Lieden. Teks dengan kode LOr 5684 yang berjudul Kitab al-Mawahib al-Laduniyah fil Minah al-Muhammadiyah yang ditulis oleh al-Qastallani dalam bahasa Arab yang berisi tentang perihal kedokteran. Begitu pula teks Lor 5777 ditulis dengan model tembang dalam bahasa dan tulisan Jawa yang mengupas diantaranya adalah penyakit pes.

Ada pula satu teks dengan kode Lor 5606 yang membahas tentang palmoscopy, yaitu cabang ilmu kedokteran dan fisiognomi. Dalam teks berbahasa Jawa dan menggunakan huruf pegon tersebut, palmoscopy disebut dengan ilmu ikhtilaj. Ilmu ini membahas tentang gejala suatu penyakit dan tanda-tandanya.

Di Museum Pusat (Perpustakaan Nasional Jakarta), ada juga teks dengan kode MI 832. Teks tersebut ditulis dengan bahasa Melayu aksara Arab Pegon. Judulnya adalah Kitab Tib, tebal 440 halaman dan membahas perihal manusia dan pengobatannya, jenis-jenis penyakit dan juga tentang membuat jimat.
Dina Nawangningrum, dkk dalam tulisannya di jurnal Makara; Sosial Humaniora, vol.8, no.2, Agustus 2008 dengan judul “Kajian Terhadap Naskah Kuna Nasantara Koleksi Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia: Penyakit dan Pengobatan Ramuan Tradisional” mengupas lebih banyak.  Ada delapan naskah yang diteliti yang ditulis dengan  Arab Pegon berbahasa Melayu dan berbahasa Jawa. Dari teks berbahasa Melayu diidentifikasi ada 118 penyakit, sedangkan dalam teks berbahasa Jawa ada 282 penyakit. Adapun tanaman obat yang diidentifikasi ada 500 jenis dalam bahasa Jawa dan 265 jenis tanaman obat pada teks bahasa Melayu.

naskah kuno pesantren

Tak hanya dalam bidang kedokteran, ada pula ilmu Matematika. Dalam Perpustakaan Nasional Jakarta ada teks ilmu matematika dalam bahasa Arab berjudul Mukhtashar fi Ilmi-l-Hisab dengan kode A 455a dan 455b. Ada pula teks kode A 436 dengan judul an-Nuzhah fli Ilmi-l-Hisab. Demikian pula, dalam koleksi naskah A 655 ada teks dengan judul Jadawilu Ilmi-l-Faraidh karangan Ahmad bin Muhammad bin Ali Ibnu al-Ha’im (w. 815 / 1412). Teks – teks tersebut berisi penerapan rumus – rumus aritmatika.

Sedangkan pada naskah MI 262 berbahasa Melayu dengan aksara Arab Pegon dari abad 19 koleksi Perpustakaan Nasional berisi tentang ilmu bumi (geografi). Dalam naskah yang setebal 31 halaman tersebut terdiri dari 22 pelajaran. Dalam ilmu biologi pesantren banyak belajar dari Kitab Ajaibul Makhluqat wa Gharai’bul Maujudat yang ditulis oleh Syekh Zakariya bin Muhammad al-Qazwini (w. 682 / 1283). Naskah ini berada di Perpustakaan Nasional dengan kode  A 413 berbahasa Arab yang berasal dari abad ke-19.

Naskah – naskah tersebut, meski sudah tidak dipelajari lagi di pesantren saat ini, begitu identik dengan pesantren. Pola penulisan dengan menggunakan huruf Arab Pegon diperkenalkan dan dikembangkan oleh masyarakat pesantren. Huruf Arab Pegon tersebut masih dapat dikenal di pesantren dewasa ini.

Ilmu eksak yang dikembangkan di pesantren sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Pesantren selain mengelaborasi khazanah keilmuwan asli Nusantara juga melanjutkan keilmuwan Islam di Timur Tengah. Berbicara keilmuwan Islam di Timur Tengah maka akan banyak jejak ilmuwan muslim yang menekuni  ilmu pasti disamping ilmu agama. Sebut saja Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicena.

Ibnu sina yang lahir tahun 980 M semasa Dinasti Samaniyah adalah seorang ulama dan juga ilmuwan. Pada usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafalkan al-Qur’an. Karirnya semakin cemerlang dalam berbagai bidang, mulai filsafat, matematika, astronomi, dan kedokteran. Pada bidang terakhir itulah Ibnu Sina mencapai puncak karir akademisnya dengan masterpiece-nya berjudul al-Qonun fil Thibb. Buku tersebut menjadi salah satu buku pelajaran standar di Eropa selama enam abad setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Menurut Nancy G. Siraisi dalam Avicenna in Renaissance Italy (Princenton University Press, 2005), buku Ibnu Sina tersebut diterbitkan sampai 60 edisi dari tahun 1500 sampai 1674 M.

Pesantren dewasa ini, umumnya kurang memperhatikan terhadap keilmuwan eksak. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh penjajahan Belanda yang berlangsung ratusan tahun. Banyak aturan yang diterapkan oleh penjajah Belanda dalam rangka memangkas kehebatan pesantren. Pesantren yang dulu kala menjadi basis perlawanan terhadap penjajah Belanda mengakibatkan Belanda berupaya keras untuk mengkerdilkan pesantren. Diantara upayanya adalah merazia buku-buku yang berpotensi menggelorakan perlawanan dan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Pesantren pun diarahkan hanya berkutat pada bidang keagamaan saja. Lambat laun pun kajian pesantren dibidang eksak semakin memudar.

Daftar Pustaka:

Ahmad Baso, Pesantren Studies 2a, Jakarta: Pustaka Afid. 2013

Ehsan Masood, Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, Jakarta:   Gramedia. 2009.

 Ayung Notonegoro
 Pegiat Literasi

Tidak ada komentar: