suasana pembelajaran pesantren tempo dulu |
Ketika berbicara
pesantren maka yang terbayang adalah hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam
saja. Mulai dari pelajaran tentang al-Qur’an, ibadah, fiqih, tasawuf, akhlaq,
dan hal-hal komplementer seperti pelajaran bahasa Arab dan sejarah Nabi. Namun
ternyata pesantren-pesantren dahulu ketika sebelum penjajahan Belanda tidak
hanya melulu mengajarkan tentang seluk-beluk agama saja.
Pesantren kala itu,
benar-benar menjadi pusat pendidikan masyarakat Nusantara. Baik dalam
pendidikan agama maupun pendidikan yang bersifat duniawi. Sebut saja
pelajaran-pelajaran ilmiah atau biasa dikenal dengan ilmu eksak.
Setidaknya hal ini
terlihat dari buku – buku yang beredar dikalangan pesantren pada masa – masa
itu. Banyak ditemukan teks – teks khas pesantren yang membahas tentang ilmu
kedokteran, biologi, geografi, astronomi, bahkan tentang ilmu teknik. Selain
ditulis dalam bahasa Arab, buku – buku tersebut juga banyak yang ditulis dengan
huruf Arab Pegon dengan bahasa pengantar Melayu atau Jawa.
Dalam bidang
kedokteran, misalnya, ada beberapa teks yang tersimpan di Perpustakaan Lieden.
Teks dengan kode LOr 5684 yang berjudul Kitab
al-Mawahib al-Laduniyah fil Minah al-Muhammadiyah yang ditulis oleh
al-Qastallani dalam bahasa Arab yang berisi tentang perihal kedokteran. Begitu
pula teks Lor 5777 ditulis dengan model tembang dalam bahasa dan tulisan Jawa
yang mengupas diantaranya adalah penyakit pes.
Ada pula satu teks
dengan kode Lor 5606 yang membahas tentang palmoscopy,
yaitu cabang ilmu kedokteran dan fisiognomi. Dalam teks berbahasa Jawa dan
menggunakan huruf pegon tersebut, palmoscopy
disebut dengan ilmu ikhtilaj.
Ilmu ini membahas tentang gejala suatu penyakit dan tanda-tandanya.
Di Museum Pusat
(Perpustakaan Nasional Jakarta), ada juga teks dengan kode MI 832. Teks
tersebut ditulis dengan bahasa Melayu aksara Arab Pegon. Judulnya adalah Kitab Tib, tebal 440 halaman dan
membahas perihal manusia dan pengobatannya, jenis-jenis penyakit dan juga
tentang membuat jimat.
Dina Nawangningrum, dkk
dalam tulisannya di jurnal Makara; Sosial Humaniora, vol.8, no.2, Agustus 2008
dengan judul “Kajian Terhadap Naskah Kuna Nasantara Koleksi Fakultas Ilmu
Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia: Penyakit dan Pengobatan Ramuan
Tradisional” mengupas lebih banyak. Ada delapan
naskah yang diteliti yang ditulis dengan Arab Pegon berbahasa Melayu dan berbahasa
Jawa. Dari teks berbahasa Melayu diidentifikasi ada 118 penyakit, sedangkan
dalam teks berbahasa Jawa ada 282 penyakit. Adapun tanaman obat yang
diidentifikasi ada 500 jenis dalam bahasa Jawa dan 265 jenis tanaman obat pada
teks bahasa Melayu.
naskah kuno pesantren |
Tak hanya dalam bidang
kedokteran, ada pula ilmu Matematika. Dalam Perpustakaan Nasional Jakarta ada
teks ilmu matematika dalam bahasa Arab berjudul Mukhtashar fi Ilmi-l-Hisab dengan kode A 455a dan 455b. Ada pula
teks kode A 436 dengan judul an-Nuzhah fli
Ilmi-l-Hisab. Demikian pula, dalam koleksi naskah A 655 ada teks dengan
judul Jadawilu Ilmi-l-Faraidh
karangan Ahmad bin Muhammad bin Ali Ibnu al-Ha’im (w. 815 / 1412). Teks – teks tersebut
berisi penerapan rumus – rumus aritmatika.
Sedangkan pada naskah
MI 262 berbahasa Melayu dengan aksara Arab Pegon dari abad 19 koleksi
Perpustakaan Nasional berisi tentang ilmu bumi (geografi). Dalam naskah yang
setebal 31 halaman tersebut terdiri dari 22 pelajaran. Dalam ilmu biologi
pesantren banyak belajar dari Kitab
Ajaibul Makhluqat wa Gharai’bul Maujudat yang ditulis oleh Syekh Zakariya
bin Muhammad al-Qazwini (w. 682 / 1283). Naskah ini berada di Perpustakaan
Nasional dengan kode A 413 berbahasa
Arab yang berasal dari abad ke-19.
Naskah – naskah
tersebut, meski sudah tidak dipelajari lagi di pesantren saat ini, begitu
identik dengan pesantren. Pola penulisan dengan menggunakan huruf Arab Pegon
diperkenalkan dan dikembangkan oleh masyarakat pesantren. Huruf Arab Pegon
tersebut masih dapat dikenal di pesantren dewasa ini.
Ilmu eksak yang
dikembangkan di pesantren sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Pesantren selain
mengelaborasi khazanah keilmuwan asli Nusantara juga melanjutkan keilmuwan
Islam di Timur Tengah. Berbicara keilmuwan Islam di Timur Tengah maka akan
banyak jejak ilmuwan muslim yang menekuni ilmu pasti disamping ilmu agama. Sebut saja
Ibnu Sina atau dikenal dengan nama Avicena.
Ibnu sina yang lahir
tahun 980 M semasa Dinasti Samaniyah adalah seorang ulama dan juga ilmuwan. Pada
usia 10 tahun Ibnu Sina telah berhasil menghafalkan al-Qur’an. Karirnya semakin
cemerlang dalam berbagai bidang, mulai filsafat, matematika, astronomi, dan
kedokteran. Pada bidang terakhir itulah Ibnu Sina mencapai puncak karir
akademisnya dengan masterpiece-nya
berjudul al-Qonun fil Thibb. Buku tersebut
menjadi salah satu buku pelajaran standar di Eropa selama enam abad setelah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Menurut Nancy G. Siraisi dalam Avicenna in Renaissance Italy
(Princenton University Press, 2005), buku Ibnu Sina tersebut diterbitkan sampai
60 edisi dari tahun 1500 sampai 1674 M.
Pesantren dewasa ini,
umumnya kurang memperhatikan terhadap keilmuwan eksak. Hal ini tidak terlepas
dari pengaruh penjajahan Belanda yang berlangsung ratusan tahun. Banyak aturan
yang diterapkan oleh penjajah Belanda dalam rangka memangkas kehebatan
pesantren. Pesantren yang dulu kala menjadi basis perlawanan terhadap penjajah
Belanda mengakibatkan Belanda berupaya keras untuk mengkerdilkan pesantren. Diantara
upayanya adalah merazia buku-buku yang berpotensi menggelorakan perlawanan dan
hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Pesantren pun diarahkan hanya
berkutat pada bidang keagamaan saja. Lambat laun pun kajian pesantren dibidang
eksak semakin memudar.
Daftar Pustaka:
Ahmad Baso, Pesantren Studies 2a,
Jakarta: Pustaka Afid. 2013
Ehsan Masood, Ilmuwan-Ilmuwan Muslim
Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern, Jakarta: Gramedia. 2009.
Ayung Notonegoro
Pegiat Literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar