menu

Senin, 03 Desember 2012

Demokrasi la Royba Fih


Demokrasi la Royba Fih

Sinar mentari menyapu kegelapan subuh, menerobos pintu, menghangatkan tubuh para santri yang duduk bersilah di mushollah. "Pemimpin itu laksana tiang rumah. Jika tiang itu rapuh, maka rumah itu pun rapuh. Namun jika tiang itu kuat, maka rumah akan kokoh." Nasihat Pak Kyai yang duduk menghadap ke timur, menghadap ke para santri.

Lima belas menit berlalu, para santri berhamburan keluar seiring keluarnya Pak Kyai yang diiringi para ustadz dan pengurus pondok.

Hari itu, akan diadakan "pesta demokrasi" untuk pertama kalinya di pondok pesantren An-Nur. Pesta demokrasi itu berupa pemilihan ketua asrama Al-Ghazali. jangan membayangkan kalau pemilihan ketua asrama sama dengan pemilihan umum pada umumnya yang memajang poster dimana-dimana, melakukan kampanye, melobi sana-sini, sampai-sampai money politic dan berbagai cara curang lainnya.Beda sekali.

Demokrasi di pondok merupakan sebuah bentuk demokrasi yang telah dimodifikasi. "Pemilihan secara lansung itu bukan cara yang tepat, tapi hanya akal-akalan Yahudi. Itu merupakan konspirasi yang hanya ingin mengerdilkan umat islam. Masak suara Kyai sama dengan suara pelacur? padahal kan tidak sama kwalitas pendapat keduanya! apalagi dalam urusan mencari pemimpin, bisa celaka!" Ustad Thoriq memaparkan pendapatnya dalam rapat pengurus pondok pesantren dalam rangka menentukan ketua asrama Al-Ghazali.

"Ngapunten Ustad" Ustad Ibrahim menimpali "Tapi dengan perkembangan zaman seperti sekarang, dimana keterbukaan dan kebebasan berpendapat terjadi dimana-mana, termasuk di pesantren, maka kita juga harus mempertimbangkan hal itu." lanjut Ustad Ibrahim.
"Justru kebebasan itu harus ditekan di pondok ini Ustad. Bisa berbahaya jika mereka dibiarkan saja." Ustad Thoriq mempertahankan pendapatnya.
"Begini Ustad, jika kebebasan berpendapat itu tidak diapresiasi maka anak-anak akan melakukan hal-hal yang tidak terkontrol sebagai bentuk penyaluran gagasannya. Apalagi melihat kondisi pondok ini yang terbuka." Ustad Ibrahim berargumen.

"Semuanya benar.Memang sistem demokrasi yang ada saat ini ada nilai negatif dan nilai positifnya." Ustad Romli berdiplomasi. "Oleh karena itu, perlu adanya modifikasi pada sistem demokrasi jika ingin diterapkan disini. Khud maa shofa wa da' maa kadaro."  Lanjutnya.

"Lalu bagaimana bentuk modifikasi itu Ustad?" Tanya Ustad Ibrahim.

"Pertama kita seleksi terlebih dahulu para kandidat yang terbaik. Dari hasil seleksi tersebut kemudian kita serahkan kepada para santri untuk memilih." Jawab Ustad Romli.

Akhirnya rapat pengurus menyepakati usulan Ustad Romli untuk memodifikasi sistem demokrasi bagi pemilihan ketua asrama Al-Ghazali.

Seminggu setelah rapat pengurus terpilihlah tiga kandidat ketua asrama Al-Ghazali berdasarkan seleksi tim formatur yang terdiri dari lima orang ustad dan pengurus pondok.

kandidat pertama bernama Ahmad Mustofa, santri senior yang sudah enam tahun nyantri. Namun karena perangainya yang agak slengean, perkembangan intelektualnya tertinggal dari pada rekan-rekan santri lainnya yang sepantaran dengan dia. Namun, karena faktor senioritas dia disegani oleh para juniornya. Atas pertimbangan inilah, dia terpilih oleh tim formatur dengan harapan bisa menjadi pengatur para juniornya.

Kandidat kedua namanya Badrun Munif. Dia tergolong santri baru, baru tiga tahun lebih dia mondok. Namun karena kecerdasannya dan kemampuannya mengorganisir teman-temannya, dia dinilai layak oleh tim formatur untuk menjadi kandidat ketua asrama. Namun, dari sisi akhlaq dia dinilai kurang terlalu bagus. Agak urakan.

Kandidat ketiga bernama Mohammad Muhlisin. Dia adalah tipe santri yang tawadhu', sangat menjunjung akhlaqul karimah. Dia juga termasuk santri senior, karena usianya yang tua tapi masih baru di pondok. Karena itulah dia terpilih menjadi kandidat ketua asrama. Namun, kecakapannya dalam memimpim masih dipertanyakan.

Paska launching kandidat ketua asrama oleh tim formatur, para santri asrama Al-Ghazali terpolarisasi menjadi tiga kelompok pendukung.

"Pokoe Kang Tofa gudhu dadi ketua asrama." Kata Randi, salah satu santri asrama Al-Ghazali pada teman-teman kamarnya.
"Lek Kang Tofa kang dadhi ketua asrama, pokoe Al-Ghazali pasti tentrem. Karena seorang pemimpin itu harus dipimpin oleh santri senior. Jika yang memimpin lebih muda, maka akan terjadi kesenjangan."  Randi berkampanye."Coba kita perhatikan, ketua pondok juga dipilih berdasarkan senioritas. iya gak?" Randi berargumen.
Beda kamar, beda pula pilihannya.Di sebelah kamar Randi adalah kamar Selamet. "Sudah saatnya, pemilihan ketua asrama harus dipilih berdasarkan kemampuannya dalam memimpin. Tidak hanya dipandang dari segi senioritas." Ungkap Selamet ke teman-teman kamarnya. "Bukankah Nabi pernah bersabda, jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya?" Lanjutnya.
"Lalu siapa Kang yang mampu menjadi ketua asrama?" tanya salah seorang santri.
"Jika menurut pengamatan saya, berdasarkan track record ketiga kandidat, Kang Badrun yang lebih mampu memimpin. Tentunya terlepas dari faktor kekurangan pada sisi lain." Jawab Selamat mantap.

Begitu pula dengan pendukung Muhlisin tak kalah vokalnya.
"Kita ga' butuh pemimpin yang cerdas. Apalagi pemimpin yang menganggap dirinya senior. Tapi kita butuh pemimpin yang berakhlaq mulia. Bukankah negara kita hancur karena para pemimpinnya tidak berakhlaq?" Sulaiman berpidato di depan teman-teman kamarnya.
"Kang Muhlis adalah orang yang tepat untuk kita jadikan ketua asrama, bukan yang lain." Putus Sulaiman.
Perbincangan mengenai calon ketua asrama menjadi topik hangat tidak hanya di asrama al-ghazali, tapi sudah menjalar ke asrama lainnya, bahkan menyebrang sampai ke pondok putri. Singkat kata, pemilihan ketua asrama al-ghazali telah menjadi buah bibir seluruh pondok pesantren An-Nur.

Pagi itu, pagi yang telah ditunggu oleh para santri asrama Al-Ghazali karena pada hari itu akan diadakan pemilihan lansung ketua asrama. Sebelum pemilihan dilansungkan, para kandidat terlebih dahulu dijejer di depan para santri untuk memaparkan visi misi kepemimpinannya nanti.

"Rekan-rekanku sekalian.Mungkin selama ini saya bukanlah santri yang bisa menjadi teladan bagi kalian semua. Tapi perlu diingat, akan menjadi cambuk yang sangat keras bagi saya, selaku santri senior, jika tidak mampu membawa asrama Al-Ghazali menjadi lebih baik." Cetus Mustofa menyampaikan pandangannya kelak saat menjadi ketua asrama.
Sontak saja, pidato Mustofa disambut tepuk tangan para pendukungnya. Tentunya juga diiringi teriakan "huuuu..." dari lawan-lawan "politiknya."

Giliran kedua adalah Badrun Munif untuk menyampaikan visi misinya.
"Mengutip pesan Pak Kyai tadi pagi, bahwa pemimpin itu ibarat tiang rumah. Oleh karena itu rekan-rekan santri semua, seasrama sepondok. Agar rumah kokoh, kita harus memilih tiang yang kuat. Maka saya berharap kepada teman-teman semua untuk memilih tiang yang kuat, meski masih muda. Jangan hanya memilih tiang yang tua, tapi keropos." Pidato Badrun membikin suasana bergemuruh.
"Sudah saatnya yang kreatif, yang muda, yang memimpin." Badrun memungkasi pidatonya.

Tepuk tangan dan gemuruh huuuu....berebut tempat di aula tempat pemilihan tersebut. Sampai-sampai keamanan pondok turun tangan untuk menenangkan masa.

Terakhir, giliran Muhlisin menyampaikan pidatonya.

"Rencang-Rencang, asline kulo mboten siap dadhos ketua asrama. tapi lek rencang-rencang sedanten meleh kulo dados ketua asrama, kulo mboten ate nyia-nyiaken kepercayaane jenengan sedanten." singkat, jelas, tenang, dan mantap pidato Muhlisin.

Selang beberapa menit setelah pemaparan visi misi pemilihan ketua asrama secara lansung dimulai untuk pertama kalinya di Pondok pesantren An-Nur.

Animo para santri begitu besar untuk mengikuti pemilihan lansung tersebut. Tak lebih dari dua jam, seratus santri asramaAl-Ghazali telah selesai menetukan pilihannya. Tanpa seorang santri pun yang golput.

Tibalah waktunya perhitungan suara.
Ustad Romli yang bertugas untuk menghitung surat suara para pemilih yang telah dimasukkan ke dalam kotak.

"Saya akan menyebut satu untuk kandidat Mustofa, dua untuk kandidat Badrun, dan tiga untuk kandidat Muhlisin" Ustad Romli memaparkan.
kemudian Ustad Romli menuang seluruh surat suara dari kotak ke dalam wadah terbuka dan menunjukkan kotak suara telah kosong.
Kemudian surat suara pertama dibuka. Dengan hati-hati Ustad Romli meneliti surat suara dengan ditunjukkan kepada semua hadirin. "Sah satu.." Teriak Ustad Thoriq. Yang kemudian diikuti oleh Ustad Ibrahim yang menuliskan garis di papan skor.
Tepuk tangan bergemuruh. Namun segera diredam oleh keamanan.
"Mohon diam dulu. biar semua berjalan dengan tenang. Kita perhatikan dengan seksama proses perhitungan ini dengan khidmat agar tidak mengganggu petugas." Bentak Kepala Keamanan pondok.

Acara perhitungan terus berlanjut.

"Sah satu"
"Sah satu"
"Sah dua"
"Sah tiga"

"Sah tiga"
"Sah dua"
"Sah tiga"
"Sah dua"
Surat suara semakin menipis, ketiga kandidat terus berkejaran sama kuat.
Keajaiban terjadi. Ketiga kandidat memperoleh suara sama, tigapuluh tiga.
"Perolehan suara sama dan surat suara tinggal satu. Mari kita saksikan bersama, siapakah yang akan menjadi ketua asramaAl-Ghazali" Ustad Romli
Suasana hening. Dada berdebar.
Pelan-palan lipatan surat suara dibuka. Dipampang kearah depan.
"Tidak sah..." Teriak Ustad Romli.
Seakan mendengar suara halilintar. Semua terhenyak.
Terus siapa yang menjadi ketua asrama Al-Ghazali????? Pertanyaan tersebut menggaung di seluruh aula. Laksana jutaan lebah yang terbang mengitari aula.Tiba-tiba, ditengah kekacauan dan hiruk pikuk terdengar bisikan yang lirih tapi semua orang di aula mendengar.Tidak tahu siapa yang berkata. Semacam bisikan gaib. Suasana seketika hening."Istihoroh ae"
 "Istihoroh ae""Istihoroh ae"
Suara itu menjadi gaduh. Mungkinkah itu ilham dari malaikat yang diberikan kepada para santri untuk memilih ketua asrama dengan metode istihoroh, bukan demokrasi?

Banyuwangi, 4 Desember 2012

Kamis, 20 September 2012

Acara yang telah di Support Oleh RBM

Buka bersama anak yatim oleh RBM dan IPNU IPPNU Patoman
mauidoh hasanah dan do'a

pembagian santunan

waktunya berbuka bersama panitia
rapat team RBM yang merangkap IPNU Patoman juga

panitia nampang dulu


dani Qori

Leadership
suasana ati berbagi dan RBM di masjid ITATS
Teman-teman panti di surabaya lagi asyik nonton dalam acara Ati berbagi 2012 supported By RBM
SERIUS

Anggota ATI dan Crew RBM

Senin, 06 Agustus 2012

AKAL DAN NAFSU


Sebelum dunia dan seisinya tercipta, pada zaman azali, Tuhan menciptakan akal dan nafsu. Al-kisah, setelah menciptakan akal dan nafsu, sebelum keduanya dimasukkan ke mahluk yang bernama manusia, Tuhan melakukan fit and proper test kepada keduanya.
Tuhan bertanya kepada Akal: “Wahai akal, siapa Aku? Dan siapa kamu?”
“Engkau adalah Tuhanku, dan aku adalah hamba-Mu, Tuhan.” Jawab Akal.
“Masuklah engkau Akal ke manusia.” Perintah Tuhan.
Maka bersemayamlah Akal pada manusia.
Kemudian Tuhan bertanya pula kepada Nafsu.
“Hai Nafsu, siapa Aku dan siapa kamu?”
“Engkau adalah Engkau, Aku adalah Aku.” Jawab Nafsu dengan sombongnya.
“ Malaikat, hukum dia di tempat yang sangat panas selama seribu tahun.” Tuhan memvonis Nafsu.
Setelah seribu tahun Tuhan memanggil kembali Nafsu dari hukumannya. Kemudian  Tuhan menanyai nafsu kembali dengan pertanyaan seperti yang dulu.
“Siapa Aku dan siapa kamu?” Tanya Tuhan.
“Engkau adalah Engkau dan Aku adalah Aku.” Jawab Nafsu dengan kesombongannya seperti yang dulu tanpa ada rasa bersalah dan jera sedikitpun setelah dihukum.
“Malaikat, hukum dia seribu tahun lagi di tempat yang paling dingin.” Tuhan kembali membelenggu Nafsu.
Setelah seribu tahun, Tuhan kembali menanyai Nafsu.
“Siapa Aku, Siapa Kamu?”
“Engkau adalah Engkau. Aku adalah Aku.” Jawab Nafsu, tak berubah.
“Malaikat, penjara dia tanpa diberi makan selama seribu tahun.” Perintah Tuhan kepada Malaikat.
Akhirnya Nafsu dijebloskan ke dalam penjara tanpa diberi makan.
Belum sampai setahun, baru beberapa hari Nafsu meronta-ronta.
“Ampun Tuhan, Aku adalah hamba-Mu dan Engkau adalah Tuhanku. Bebaskan aku.”
“Ampun Tuhan….”
“Ampuuuun…..”
“Bebaskan aku….”
Nafsu meronta-ronta minta ampunan Tuhan karena tidak kuat menanggung hukuman.
Akhirnya Tuhan membebaskan Nafsu dan memasukkannya ke manusia karena telah mengakui ketuhanan-Nya.
***
Kisah di atas menggambarkan bagaimana cara mengendalikan nafsu. Nafsu tak akan mempan – tak terkendali – dalam keliarannya, hanya dengan “mengoven” atau “mengkulkasnya”.
BUKTINYA?
Berapa banyak manusia yang mengumbar dan menuruti nafsunya dengan sang pacar, memadu kasih, tak peduli teriknya matahari yang kemeletak atau betapa dinginnya siraman air hujan di malam hari dengan angin yang kencang. “Makin dingin, makin mantap.” Ujarnya.
Nafsu tak akan berubah dihantam panas dan dingin. Panas ora kobong, udan ora kepus.
Coba ketika kita akan melakukan kebaikan, yang notabanenya tidak menuruti nafsu, kemudian dilanda hujan, (kebanyakan) pasti bubar. Begitu pula ketika terik panas, berhamburan nyari tempat teduh.
Lalu bagaimana kita bisa mengendalikan nafsu kita?
Sebagaimana hukuman yang mampu menyadarkan nafsu pada kisah di atas,yaitu dengan dipenjara tanpa diberi makan, alias puasa.
Oleh karena pada momentumbulan Ramadan kali ini, kita harus sukses mengendalikan hawa nafsu kita dengan mengurangi makan kita. Jangan hanya menahan tidak makan di siang hari, tapi malamnya membalas-dendam, menelan dan menegag apapun yang bisa dimakan dan diminum . Bagaimana bisa terkendali nafsunya, jika makannya tetap buanyak meski puasa? Wallahu a’lam bishowab.

selamat menunaikan ibadah puasa 1433 H.

Senin, 16 Juli 2012

Marhaban Ya Sahru Romadlon







Marhaban Ya Sahru Romadlon
Man shoma romadhona imanan wakhtisaban, ghufirolahu ma taqodama min dzanbih. Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda : Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, diampuni dosanya yang telah lalu. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
            Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa kita lapar2 puasa.., begitulah cuplikan lagu bimbo yang sejak dahulu menjadi backsound ketika bulan suci romadlon tiba, sebentar lagi bulan yang di dalamnya terdapat malam seribu bulan (lailatul qodar), bulan yang didalamnya terdapat kisah rosul kita mendapatkan wahyu pertamanya (nuzulul quran) bulan dimana anak kos-kosan bisa berbuka gratis di Masjid-masjid..
Kawan, begitu istimewa bulan ini sampai kita harus melakukakan ibadah yang unik yaitu puasa, kenapa saya bilang unik? Puasa itu murni diri kita dan tuhan saja yang tahu, puasa itu melatih kedisiplinan dan kejujuran, dan puasa itu mendorong kita untuk selalu berbuat baik.
 Puasa bukanlah sebatas menahan lapar dan haus sejak mulai terbitnya pagi hingga terbenamnya matahari. Bila direnungi makna dari puasa itu sendiri, maka akan kita dapati ada beberapa hikmah yang terkadang luput dari perenungan kita.
Disabdakan dalam hadist Nabi: ada tiga pintu syurga yang bernama Rayyan, dan hanya mereka yang berpuasa diizinkan untuk melalui pintu itu, seseorang yang masuk melaluinya maka tidak akan pernah merasa haus.
Puasa ada tingkatan tertentu, dan tingkatan tersebut hanya diri kita sendirilah yang bisa mengukurnya. Tingkatan tersebut antara lain puasa umum, puasa khusus,dan puasa khusus yang dikhususkan.
Puasa umum disini adalah puasa dhohiriah, sebagaimana yang telah kita jalankan yaitu dengan menahan lapar, dahaga, juga menahan diri dari mengikuti hawa nafsu.
Puasa khusus adalah menahan pendengaran, pendangan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan kita untuk tidak mengerjakan kemaksiatan. Misalnya menahan telinga kita untuk tidak mendengarkan kebohongan, atau menahan pandangan mata kita untuk tidak melihat hal-hal yang mendorong diri kita untuk berbuat kemaksiatan, serta menahan lisan kita untuk tidak berkata bohong pada orang lain. Berapa banyak kebohongan yang kita lakukan tanpa kita sadari baik itu bohong yang bersifat sepele maupun besar. Dan sebagainya.
Puasa khusus yang dikhususkan adalah puasa hati, yaitu puasa hati dari memperturutkan diri untuk memikirkan hal-hal duniawi, menahan diri dari untuk tetap istiqomah hanya memikirkan Allah dan selalu mengingatnya, jika mendapatkan kenikmatan maka tidak pernah lupa untuk selalu bersyukur dan jika mendapatkan musibah tidak pernah mengeluh, selain hanya berkata "sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali". Inilah derajat tertinggi dari puasa. Kembali pada diri kita sendirilah yang bisa mengukur sampai di derajat manakah puasa yang selama ini kita jalankan. Sudahkah puasa tersebut bisa betul-betul terefleksikan dalam keseharian kita?  
Kawan meskipun kita masih belum bisa mencapai tingkatan yang paling sempurna, setidaknya kita bisa melatih diri kita untuk menjadi lebih baik lagi, jadi kalau di hitung BEP nya kita masih untung dan bukan termasuk orang yang merugi, seperti sabada nabi muhammad:
“Merugilah orang yang namaku disebut disisinya lalu ia tidak membaca shalawat kepadaku, merugilah orang yang memasuki Ramadhan, kemudian Ramadhan pergi sementara dosa-dosanya  belum terampuni, dan merugilah orang yang kedua orangtuanya berumur tua di sisinya, lalu keduanya tidak menyebabkannya masuk surga.
(HR. Tirmidzi; hadits hasan-shahih)
            Puasa Romadlon hanya tinggal hitungan jari, persiapkan semua yang perlu kamu siapkan, seperti kamu menyambut orang-orang yang kamu hormati dan yang kau sangat sayangi, ahir kata saya dari KRU RBM (rumah baca mawar) meminta maaf sebesar-besar nya pada para pembaca dan selamt menjalankan ibadah puasa

Senin, 25 Juni 2012

Begadang

BEGADANG*

Wahai engkau yang tidur malam berapa lama lagi engkau tidur
Bangunlah kekasihku, waktunya telah dekat
Ambillah saat-saat di tengah kegelapan malam
Keuntungan tatkala manusia tidur
Siapapun yang tidur hingga malam berlalu
Tidak akan mendapat pangkat dan kekuasaan
(Al-‘Afani, Rahbanullail, I, 615)

Tidak tidur sampai larut malam atau biasa dikenal dengan sebutan bergadang atau dalam bahasa jawa disebut melekan, akhir-akhir ini semakin marak, seiring digelarnya tournament akbar, Piala Eropa EURO 2012. Karena perbedaan waktu antara Eropa dan Indonesia, maka, mau tidak mau, maniak bola harus rela bergadang demi menonton para pahlawan lapangan hijau berlaga.
Kebiasaan bergadang bukan hanya monopoli para pecinta bola, tapi bergadang adalah aktivitas bagi sebagian orang untuk berbagai hal, mulai dari orang-orang shaleh yang tahajud, pedagang sayur di pasar, satpam, penyiar radio, preman terminal, dugemers, bahkan sampai maling ayam pun bergadang. Tapi kata Bang Haji Rhoma Irama dalam salah satu lagunya menyatakan, “bergadang jangan bergadang, jika tak ada perlunya. Bergadang boleh saja, asal ada perlunya.”
Sebagaimana puisi Al-Afani diatas, kita dianjurkan untuk bangun di waktu malam, atau dengan kata lain bergadang karena dengan bergadang kita akan mendapatkan pangkat dan kekuasaan. Pepatah arab mengatakan, man tholabal ula, sahirul layali, barangsiapa mencari kemuliaan, berusahalah sampai larut malam. Pertanyaannya: bergadang yang bagaimanakah yang mendatangkan pangkat, kekuasaan dan kemulyaan tersebut? Tentunya dengan hal  bermanfaat.
Napoleon Bonaparte, pemimpin perancis yang memimpin 200.000 pasukan harus bergadang setiap malam untuk merancang strategi perang menguasai Eropa hingga akhirnya mencapai “Austerlitz”, puncak kemenangan, dengan mengalahkan Britania serta sekutu-sekutunya. Begitupula Ibnu Khaldun, Bapak sodiologi modern, berhasil menyelesaikan masterpiece-nya, Al-Muqaddimah, dikeheningan malam sambil bergadang. Al-Maqrizi, si murid Ibnu khaldun, juga menghabiskan malam-malamnya dengan bergadang. Pada  suatu malam bulan muharram 808 hijriyah, beliau berhasil menyelesaikan kitab setebal 80 halaman hanya dalam satu malam yang diberi judul, Pertolongan ummat dengan Menyingkap kesusahan. Februari 1939 M di Vienna, Gerhand Dumak, seorang apoteker sedang bergadang menyelesaikan ramuan obat sejenis sulfanilamide, sebagai obat penurun panas pertama kali bagi manusia. Dengan penemuan tersebut menjadi pioner pengobatan dengan dengan pengobatan murni.
Bergadang dengan perbuatan positif seperti yang dilakukan mereka diatas adalah bergadang yang menghasilkan kemulyaan, pangkat dan kekuasaan. Napoleon dengan bergadang mampu merancang strategi perang yang hebat hingga mengantarkannya meraih kekuasaan. Ibnu Khaldun dengan bergadang menyelesaikan kitabnya, akhirnya memperoleh kemulyaan dimata para pencari ilmu hingga saat ini.
Selain itu banyak pula kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi pada malam hari, tentunya melibatkan orang-orang yang bergadang. Misalnya, Nabi Muhammad SAW melakukan isra miraj pada malam hari, Napoleon Bonaparteberhasil menjadi pemimpin perancis setelah menyingkirkan dewan majlis perancis juga terjadi pada malam hari, dan pertemuan antar tokoh nasional Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok untuk rencana kemerdekaan Indonesia dan menghasilkan teks proklamasi  juga terjadi pada malam hari. Itu semua berawal dari bergadang.
Dalam tinjauan agama islam, bergadang dikenal dengan qiyamullail. Qiyamullail bisa berupa sholat tahajjud, berdzikir, tafakkur, I’tikaf, dan lain sebagainya. Dengan qiyamullail inilah kita akan mendapatkan kedudukan, baik di sisi Tuhan maupun di mata manusia. Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dan Al-Hakim berbunyi: dari Abu Hurairoh RA bahwasannya Rosulullah bersabda: “siapa yang takut, akan bangun. Dan siapa yang bangun akan mendapatkan kedudukan.”  Dalam hadist yang lain diriwayatkan bahwa Allah akan turun ke langit bumi pada sepertiga malam untuk mengabulkan doa dan mengampuni dosa orang-orang yang bertobat.
So, bergadang dengan kegiatan yang positif, seperti beribadah, belajar, berusaha akan menghasilkan hal yang luar biasa. Namun yang perlu diingat, dengan bergadang bukan berarti siang harinya dihabiskan untuk tidur, ini namanya ilmu kalong, siang tidur malam cari makan. Namun bergadang pada pengertian diatas adalah bergadang dalam bentuk goes the extra miles, Perjuangan yang melebihi suatu kebiasaan. Jika orang lain hanya bekerja di siang hari, kita bekerja hingga larut malam. Jika lainnya belajar cuma sampai mentari tak menampakkan sinar lagi, kita belajar hingga fajar terbit kembali. Orang lain hanya beribadah sampai petang, namun kita menambahnya di waktu malam kelam.
Waba’du, selamat bergadang!
·         Ditulis dini hari sambil menahan gejolak hasrat menonton pertandingan perempatfinal euro 2012 antara Italia versus Inggris.

Jumat, 08 Juni 2012

IBU PEMILIK PENUH

Sungguh menakutkan melihat data Orang Dengan HIV / AIDS (ODHA ) di Kabupaten Banyuwangi. Sebagaimana diberitakan di Radar Banyuwangi (02/12/2011) bahwa ODHA di Kabupten Banyuwangi mencapai 1.015 orang dan menduduki peringkat ketiga di Jawa Timur. Dan yang mencengangkan adalah adanya penyebaran HIV di kalangan Ibu Rumah Tangga (IRT). Sebagaimana data yang dilansir harian Suara Surabaya (01/12/2011) menyatakan bahwa ODHA dari kalangan Ibu Rumah Tangga mencapai 10% atau sekitar 600 orang melebihi jumlah ODHA dari kalangan PSK yang hanya 5%. Menurut laporan KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional) menerangkan bahwa akibat penularan HIV dikalangan Ibu Rumah Tangga banyak diakibatkan melalui hubungan badan dengan suami (laporan KPAN 2010).
Penularan HIV kepada IRT atau biasa dikenal dengan feminimisasi epedemi HIV salah satunya merupakan akibat paradigma sosio-teologis sebagian masyarakat yang meletakkan perempuan (Ibu) berada pada posisi sub-ordinat saat melakukan hubungan seksual. Posisi ibu sami’an wa tha’atan ketika sang suami mengajaknya melakukan hubungan intim. Istri tak biasa menolak ajakan suami meskipun sang suami adalah pengidap HIV/ AIDS.


Paradigma yang menjadikan ibu-ibu sebagai objek pasif dalam menentukan hubungan biologis harus segera di rubah demi masa depan kesehatan sang ibu (perempuan). Ibu memiliki hak untuk ikut menentukan kapan dan bagaimana proses reproduksi itu berlansung demi kesehatan seksualitas dan reproduksinya. Sehubungan dengan itu, FWCW (Fourth World Conference on Women) pada tahun 1995 telah merumuskan tentang hak-hak seksualitas perempuan yang telah tertuang dalam pasal 97, yaitu: “Hak-hak asasi perempuan termasuk hak menguasai dan membuat keputusan secara bebas dan tanggung jawab tentang semua hal yang berhubungan dengan seksualitas mereka, termasuk kesehatan seksualitas dan kesehatan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi, dan kekerasan.
Hubungan yang setara (equal)antara laki-laki dan perempuan dalam hubungan seksual dan reproduksi – termasuk kehormatan penuh untuk integritas pribadi – memerlukan kehormatan satu sama lain (mutual respect), persetujuan (consent), serta tanggung jawab bersama (joint responsibility) untuk perilaku seks dan konsekuensinya.”
dengan begitu, ibu memiliki hak untuk mengatur reprodusinya, termasuk menentukan untuk berhubungan badan dengan suami demi kesehatannya.
Dalam tinjauan agama islam memang terdapat beberapa dalil yang “mengesankan” suami memiliki hak penuh untuk melakukan hubungan badan dengan istrinya. Misalnya QS. Al-Baqarah (2):223 menyebutkan, nisaa’ukum hartsulakum fa’tuu hartsukum anna syiktum – istrimu adalah ladangmu maka tanamilah ladangmu itu kapan saja kamu kehendaki. Dan ada pula beberapa hadis, misalnya, idza l-rajulu da’aa zawjatahu lihaajatihi falta’tihi wa in kanat alaa l-tannur (At-Tirmidzi, V/1992, No. Hadist: 4697).*yang berarti: jika seorang suami mengajak istrinya untuk berhubungan inti, maka hendaknya sang istri memenuhi, meskipun sedang memasak didapur.
Namun dalil-dalil diatas tidak bisa secara otomatis melegetemasi suami untuk meniduri istri, meski sang suami berisiko tinggi HIV/AIDS atau penyakit kelamin menular lainnya, dengan menafikan dalil-dalil lainnya. Dalam QS. An-Nis(4):19 disebutkan, wa’aasyaruuhunna bil ma’ruf – dan bergaulah (berhungan badan) dengan mereka (perempuan) secara patut – yang mengindikasikan bahwa berhubungan badan harus tetap mempertimbangkan manfaat dan bahayanya. Dan juga banyak hadis yang menganjurkan berbuat baik kepada istri diantaranya hadis dari Abdullah bin Amr yang berarti,”sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kamu sekalian terhadap istriku.” (Ibnu Majah:1978).
Dengan demikian,ibu tidak harus patuh begitu saja terhadap suami saat sang suami ingin melampiaskan kebutuhan biologis ketika hubungan itu berisiko besar terhadap masa depan kesehatan. Ibu adalah pemilik penuh hak reproduksi karena ibu adalah orang yang menjadi korban pertama dan utama saat terjadi masalah pada bagian reprodusi.
Paradigma yang menjunjung hak-hak perempuan dalam reproduksi merupakan salah satu cara utama untuk memutus rantai feminimisasi epedemi HIV. Sudah saatnya Ibu membela hak-haknya. Selamat hari Ibu.
· Untuk kwalitas hadis ini bisa dibaca di buku karya FK-3, kembang Setaman Perkawinan, hal.72.
· Penulis: Barur Rohim, Mahasiswa STAI Ibrahimy dan nyantri di PP. Al-Anwari Banyuwangi.

Minggu, 03 Juni 2012

kisah sebuah pohon

KISAH SEBUAH POHON

Hari yang cerah. langit biru mempesona. hembusan angin membelai lembut. kerindangan di bawah pohin menjulang, berdahan teduh, berdaun lebat. batangnya berukuran sedang namun akarnya dalam menghujam.
kilau kilat di kejauhan diiringi halilintar yang lirih menggelegar dari kejauhan. mendung merangkak mendekat. menyelimuti biru langit. cahaya mentari, secercah demi secercah, mulai redup. belai lembut angin berubah keras, menendang terjang.
sang pohon di persimpangan itu meliuk ke kanan ke kiri mengikuti irama angin.
BADAI MENGAMBIL ALIH.....


angin semain menggila, sang pohon meliuk ke kiri, daun-daun berterbangan, rimbut berganti ranting-ranting yang patah sana-sini. tanah merekah, menyeruak akar-akar kecil. akar-akar besar terus menghujam ke dalam kerak bumi, mencengkram tanah, menghimpun kekuatan melawan keganasan badai.
"kraak" batang pohon retak
akar terus mencngkram mengais asa.
"kraaak...kraaak...kraaaaaaak....." semakin sering.
tanah semakin merekah, angin makin serakah.
akankah pohon di persimpangan kan tetap bertahan,kokoh mempertahankan kerindangan, di tengah amuk badai?
Teori selaksi alampun berlaku...daun-daun kering yang tak penting itu terbawa badai menuju tempat antah barantah...
lalu ?




Rabu, 30 Mei 2012

Kasih Ibu Sepanjang Jaman

Arti Orang Tua ...

Konon di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatanini terhadap ibunya.

Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata,"Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah..."

Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

Tetap Menyinari Meskipun Sudah Senja


Orang tua bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. karena pada saat engkau Sukses atau saat engkau dalam keadaan Susah, hanya orang tua yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah.

Orang tua kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua... Namun Bapak dan Ibu kita tetap mengasihi kita.

Mulai sekarang mari kita lebih mengasihi orang tua kita selagi mereka masih hidup.

Selasa, 08 Mei 2012

Tingkatan Kata Cinta

Tingkatan Kata Cinta
Oleh : Ayung 

Anaa uhibbu ilayk ya habibi….
Mungkin banyak diantara kalian yang pernah mendengar dan mengerti dengan ungkapan bahasa arab di atas? Apalagi anak santri atau anak kelas bahasa, pasti faham!
“saya cinta kamu kekasihku…” itulah makna indonesianya. Tapi sobat cs tau ga kalau kata uhibbu yang berasal dari kata ahabba-yuhibbu yang bermakna “cinta” dalam bahasa Indonesia itu ternyata memiliki diferensi yang amat beragam dalam bahasa Arab. Dalam kitab Dirasat fi al-Hubb karya Yusuf asy-Syaruni pada halaman 30 mengutip pendapat dari Ibnu Qoyyim dalam kitabnya Dzammin Al Hawa menyebutkan bahwa perasaan “cinta” memiliki diferensi kata yang beragam sesuai dengan kadar cintanya itu sendiri.

Kamis, 05 April 2012

trip to bali (bagian 1)

Trip bali, (ke 1)
Adalah samsul arifin, 10 bulan yang lalu  ( Ramadhan 2011 )punya ide untuk jalan-jelan ke Bali, untuk  mengulangi sukses acara sebelumnya yaitu pergi ke jogja. Dengan kegigihan dan keuletan mengelolah dana dari kawan-kawan ATi, kemudian di sampaikan di acara buka bersama dirumah saudara muhaimin (mintul)…
                Dalam acara itu tanpa sungkan dan dengan semangat kekeluargaan, samsul memaparkan inisiATifnya sembari menyantap hidangan, mulai dari perkiraan rincian dana dan pemberangkatannya, salut buat samsul. Terus apa menariknya dengan rencana demi rencana utuk even kali ini yang kami beri tajuk trip to bali? sabar dulu boss…

Minggu, 18 Maret 2012

Zaman Tanduk

Ayunk Nitinegara

    Zaman Tanduk

    Zaman tanduk adalah zaman ini
    Tanduk tak sekedar tulang yang muncul di dahi
    Tapi tanduk senjata pamungkas yang sejati
    Yang menaikkan gengsi dan harga diri

    Ayam tak cukup hanya bertaji
    Harimau tak garang hanya bertaring
    Gajah tak jantan hanya bergading
    Tiada yang ampuh selain tanduk

    Ayam ingin bertanduk
    Harimau ingin bertanduk
    Gajah ingin bertanduk
    Semuanya membutuhkan tanduk

    Kenapa semua butuh tanduk
    Tak seramkah seringai taring
    Tak ganskah gagahnya gading
    Tak tebaskah tajamnya taji

    Aku heran dengan kehebatan tanduk
    Jangan-jangan hanya nafsu yang ingin bertanduk
    Tak tahu apa sejatinya tanduk
    Oh…benar-benar zaman tanduk

    Al-anwari 15 maret 2012

    ayung n

Selasa, 06 Maret 2012

buku anak-anak

Kalamun Qodim

Kalämun Qodïmun lä yumallu samä’uhu
Dialah Al-Quran, Kalam Azaliy yang tiada bosan (telinga) mendengarnya

Tanazzaha ‘an Qowlin wa Fi’lin wa Niyyatin
yang Suci Bersih, kosong, dari ucapan, perbuatan, maupun bersit hati

Bihi Asytafï min Kulli Dä-in
Dengan al-Quran, aku berobat dari segala penyakit

wa Nüruhu Dalïlun li Qolbï ‘inda Jahlï wa Khayroti
dan Cahaya Al-Quran menjadi petunjuk bagi hati, di saat tidak tahu dan bimbangku

Fa Yä Robbi Matti’nï bi Sirri Khurüfihi
Maka Duhai Tuhanku, hiburlah aku dengan Rahasia tiap Hurufnya

Wa Nawwir bihi Qolbi wa Sam’iy wa Muqlatiy
Dan terangilah, dengan Al-Quran, hatiku, pendengaranku, dan penglihatanku

Wa Hablï bihi Fatkhan wa ‘Ilman wa Khikmatan
Dan karuniakan padaku, dengan Al-Quran, Keterbukaan Hati, Kepahaman Ilmu, dan Hikmah

Wa Änis bihi Yä Robbi fil Qobri Wakhsyatï
Dan gembirakanlah dengan Al-Quran, Duhai Tuhanku, kesusahan dalam Kuburku

Wa Sahhil ‘alayya Khifdzohu tsumma Darsahu
Dan mudahkanlah bagiku, menghafalkannya, lalu mempelajarinya

Bi Jähin Nabiy wal Äli tsumma shohäbat
Dengan kedudukan mulia Sang Nabi, Keluarga beliau, dan para Sahabat Sang Nabi

Wa Sholli wa Sallim Kulla Yaumin wa Laylatin
Dan Shalawat serta Salam, tiap siang maupun malam

‘Alä Man bihir Ròkhmänu Yaqbalu Da’wati
terhaturkan bagi Sang Nabi, yang dengannya, semoga Allah Ar-Rahman mengabulkan pintaku

Wa Älin wa Ashkhäbin Kirömin A-immatï
dan juga bagi Keluarga Nabi, serta para Shahabat Mulia Para Pemimpinku

Bihim Yaghfirul Ghoffäru Dzanbï wa Zallatï
Dengan mereka, semoga Allah Al-Ghoffar mengampuni dosa dan kelalaianku

Sabtu, 03 Maret 2012

Jumat, 02 Maret 2012

Istilah Islam dan Kata - Kata Arab

Renungan Sepeda : Istilah Islam dan Kata - Kata Arab
oleh Ayunk Nitinegara pada 11 Februari 2012 pukul 13:31 ·

ketika nggoes pergi ke kampus banyak papan nama yang mencantumkan kata – kata berbau islam alias pake’ bahasa arab. Mulai dari laundry at-thohiriyah, laundry syariah, warung makan syariah, bank muamalat, dan juga masih banyak lainnya di tempat lain yang menggunakan kata – kata arab. Penggunaan kata – kata arab yang penulis maksud disini bukan penyerapan kata sebagaimana lazimnya penyerepan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, tapi penggunaan bahasa arab ini sebagai sebuah symbol –simbol tertentu.

Menurut penulis, fenomena penggunaan kata – kata islam (dalam hal ini bahasa arab) sekurangnya dipicu dua motivasi. Pertama, ingin menunjukkan jati diri keislamannya. Dengan menggunakan kata – kata dalam bahasa arab yang berbau islam ingin menunjukkan bahwa sang pengguna merupakan orang islam yang sejati. Penggunaan bahasa sebagai penunjukan identitas ini terkadang menimbulkan suatu keeksklusifan bagi penggunanya. Contohnya adalah penggunaan panggilan ikhwan sebagai kata panggilan kepada sesame kelompoknya. Hal ini  akan mengesankan ketertutupan (eksklusif) kelompok tersebut terhadap kelompok yang lain.

 Kesan lain dari penggunaan kata adalah terkesan memisahkan diri dari bentuk lokalitasnya serta bentuk arogansi. Misalnya, menggunakan kata ta’lim sebagai kata ngaji (mengaji) ataupun kata mushollah  daripada kata surau atau langgar. Hal ini seakan –akan melegetemasi bahwa hanya orang – orang yang pergi ta’lim saja yang mempelajari islam dan yang mengaji tidak murni mempelajari islam dan orang yang berada di surau atau langgar tidak bisa dipastikan untuk beribadah kepada Tuhan dibandingkan dengan orang yang berada di mushollah yang pasti melakukan sholat. Benarkah hal ini? Tidak tentunya. Dan jika prasangka – prasangka itu benar, bukankah suatu bentuk arogansi dan pemisahan diri dari tradisi lokalnya?

 Bentuk penggunaan bahasa arab terkadang juga menimbulkan ambiguitas antara makna kata dan maksud penggunaan. Misalnya, dalam penggunaan kata sholat. Sebagian orang islam lebih suka menggunakan kata sholat karena merupakan ajaran islam dan mempresentasikan islam yang benar dan seakan-akan mengharamkan penggunaan kata sembayang sebagai kata ganti dari sholat dengan dalih kata sembayang adopsi dari agama lain yang akan mengancam identitas keislaman, jarene!. Padahal jika kita mau meneliti agak dalam penggunaan kata sholat maupun sembayang adalah hal yang sama dari sudut kebahasaan (etimologi). Sembayang merupakan gabungan dari kata sembah  yang artinya menyembah dan kata hyang yang artinya Tuhan, maka sembayang adalah menyembah Tuhan sebagaimana yang dimaksud dengan sholat. Dan jika mau jujur, kata sholat sendiri juga bukan meerupakan kata asli dari islam, namun merupakan kata yang digunakan bangsa Arab jahiliyah untuk menunjukkan arti mohon ampun kepada Tuhan. Dengan begitu, bukankah kita mengikuti ajaran jahiliyah? Tidak kan.

Kedua, motivasi penggunaan kata – kata arab ini mengindikasikan bentuk pencitraan demi kepentingan pragmatis. Banyaknya suatu industri, apapun bidang dan bentuknya, menggunkan nama – nama islam hanya ingin menampakkan kesan “islami” – sebagaimana fenomena yang penulis sebut diawal tulisan –  sehingga akan menarik minat konsumen muslim. Jika pada prakteknya industri yang menggunakan kata – kata Arab ini juga menerapkan apa yang diatur oleh islam sebagaimana yang tercermin dari namanya maka hal ini sah –sah saja dan bagus karena mempermudah konsumen. Namun apabila antara nama dan praktek itu berbeda apakah tidak disebut munafiq? Misalnya, ada suatu tempat pencucian pakaian (laundry) menggunakan kata – kata arab agar terkesan islami, tapi dalam mencuci pakaian tidak memperhatikan najis-suci. Atau ada bank yang menggunakan embel – embel islami namun pada prakteknya cenderung kearah riba. Bukankah hal seperti ini bisa berbahaya? 

Bagi penulis sendiri, penggunaan kata – kata arab untuk mencitrakan keislaman bukanlah hal yang tepat. Karena bagi penulis islam akan tampak islam, dalam artian rahmatan lil alamin, tidak dalam istilah tapi akan tampak dari perbuatan dan sikap. Sebagaimana…… Dengan ini, bukan berarti penulis tidak setuju menggunakan istilah islami atau kata  - kata arab dalam rangka dakwah dan memasyarakatkan islam, tapi perlu digaris bawahi bahwa penggunaannya dalam bentuk kewajaran dan sepatutnya agar tidak timbul apa yang penulis kwatirkan diatas dan timbul islam yang terformalkan dalam istilah. Bukankah islam tersebar di Nusantara karena keberhasilan beradaptasi dengan budaya setempat?

Sampai disini tulisan ini, karena tulisan ini adalah hasil perenungan dan diskusi selama mengayuh sepeda ke kampus STAI Ibrahimy II di Panderejo Banyuwangi dari PP. Al-Anwari Kertosari Banyuwangi bersama Uut (Utlub Karom) dan Irul (Choirul Iksan). Akhir kata, ini hanya sebuah renungan pribadi yang berkemungkinan salah dan hanya kebenaran Allah lah yang benar – benar
benar.



Sabtu, 25 Februari 2012


Ayunk Nitinegara

Faktor Ekstrinsik Kelulusan.
.
Ujian Nasional (UN) sebentar lagi. Kalau tidak salah tanggal 16 april 2012. Sebagian pelajar harap-arap cemas menghadapinya, bisa lulus ataukah tidak.
Sepintas, untuk bisa lulus dari ujian nasional ini, para peserta ujian cukup hanya mempersiapkan faktor-faktor yang berkaitan lansung dengan UN, seperti peningkatan penguasaan materi pelajaran. Namun pada realitanya UN banyak menimbulkan berbagai “misteri”. Adakalanya, peserta ujian yang menonjol ketika masa pembelajaran di sekolah, namun ketika pengungumuman kelulusan mendapat hasil yang sangat mengecewakan, tidak lulus. Tapi, peserta ujian yang biasa-biasa saja ketika sekolah, namun dengan sangat mengejutkan menempati urutan pertama dalam perolehan danum kelulusan. Sobat, believe or not itulah faktanya.
Dari fakta seperti itulah, penentuan kelulusan UN tidak hanya dipengaruhi faktor-faktor instrinsik (dari dalam diri sendiri) saja, seperti peningkatan kompetensi intlektual, persiapan mental dan performa tubuh, serta kecakapan dalam prosedural teknis UN, misalnya pengisian LJK. Tapi juga ada faktor-faktor ekstrinsik yang ikut berperan dalam menentukan kelulusan, yaitu ridho dan doa orang tua, baik ayah-ibu maupun guru.
Ridho dan doa guru tidak kecil peranannya dalam kelulusan dan terlebih lagi pasca kelulusan. Karena ridho dan doa guru bersangkutan erat dengan kemanfaatan ilmu. Banyak kejadian dimana seorang pelajar yang berprestasi disekolah, tetapi ketika terjun kemasyarakat tidak menjadi apa-apa, seolah-olah sederet prestasinya ketika bersekolah tak ada gunanya. Hal-hal seperti inilah berkorelasi penuh pada ridho dan doa guru untuk menyampaikan ilmunya pada anak didiknya. Sedangkan anak yang tidak terlalu menonjol kemampuan akademisnya, karena kebaikan dan akhlaknya pada guru sehingga mendapat ridho dan doa dari guru, bisa mendapat posisi yang terhormat ketika berkecimpung pada masyarakat luas.
Dalam kitab Ta’limul Muta’alim karya Syekh Az Zarnuji (w. 597 H) menerangkan, untuk bisa mendapatkan ridho dan doa guru, yaitu dengan menghormatinya, menghindari membuat guru murka dan menjunjung tinggi segala perintahnya selama tidak melanggar perintah agama. Jika hal itu bisa dilakukan, insyallah kelulusan akan kita gapai dan kenikmatan hidup pun akan dapat kita peroleh.
Selain doa dan ridho guru, doa dan ridho orang tua sangatlah penting dalam setiap langkah hidup kita, apalagi hanya sekedar untuk mendapat kelulusan, doa dan ridho orang tua sangatlah penting.
Ada cerita – entah nyata atau fiktif – dari guruku ketika masih duduk di bangku SMA, tepat saat menjelang UNAS, seperti saat ini. Ada salah seorang siswa di sebuah sekolah di Banyuwangi. Si siswa tersebut tergolong siswa yang cerdas. Pada suatu hari ketika anak tersebut akan pergi untuk bimbingan pelajaran, ternyata sang ibu dari siswa tersebut memanggilnya dan menyuruhnya untuk membelikan sesuatu di toko, namun dengan ketus anak tadi menolak dan ngeluyur pergi. Malihat reaksi anaknya yang seperti itu, sang ibu murka, “ percuma kamu Nak, pintar dan rajin belajar, tapi kalu seperti itu (kurang ajar, pen ) tidak akan lulus kamu Nak…”.
Di luar dugaan, si siswa tadi yang pandai dan menjadi rujukan teman-temannya dikelas ketika UNAS dan digadang-gadang bakal memperoleh nilai tertinggi, ternyata menjadi satu-satunya siswa yang tidak lulus dari kelasnya, padahal teman-temannya yang notabene-nya dia beri jawaban, lulus semua dengan nilai yang cukup memuaskan. Sungguh doa dan ridho orang tua itu sangat penting. Rosulullah bersabda:
“ridhonya Allah tergantung ridhonya orang tua, murkanya Allah juga tergantung murkanya orang tua”
Untuk bisa memperoleh ridho dan doa yang baik dari orang tua kita harus mempunyai adab atau tatakrama kepada beliau. Dalam kitab Maroqil Ubudiyah karya Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi mengklasifikasikan adab pada orang tua itu ada tiga belas yang intinya yaitu berlaku sopan santun, menyayanginya, mematuhi perintahnya selama tidak bertentangan dengan ajaran agama, berbuat baik, lemah lembut dan rendah hati, serta selalu bepergian setelah mendapat izinnya. Bahkan kepada orang tua kita yang kafir pun kita harus mempergauli beliau dengan baik dalam hal-hal yang tidak berkaitan dengan agama
Lalu bagaimana jika kita telah terlanjur menyakiti hati guru dan orang tua kita?
Memohon maaf dan segera merubah segala perangai kita yang bisa membuat beliau-beliau murka kepada kita sehingga menghalangi ridho dan doa baiknya kepada kita.
Sobat, lagi-lagi ada cerita tentang hal ini. Temanku sekolah, sebut saja Bejo (nama samaran), [hampir] tidak ada kelakuan terpuji darinya. Orang tua, Guru, teman-temannya mengakui kenakalannya. Tidak hanya nakal tapi juga “kurang pandai” dalam hal pelajaran. Jika harus ikut ujian UN, mungkin setiap orang akan memprediksinya tidak akan lulus. Saya pun berani bertaruh apapun, jangankan taruhan motong telinga, terlalu kecil, atau potongan leher, terlalu besar, tapi terserah wez mau milih yang mana? Hehehehe….., dia tidak akan lulus UN. Tapi ternyata, keajaiban datang, anak yang super nakal dan lemot tadi lulus dengan nilai yang tidak terlalu mengecewakan dan tergolong besar untuk tingkatan dia. Lalu pertanyaannya, “Apa rahasianya?”
Ketika seminggu sebelum UN dilaksanakan, anak yang begitu nakalnya ini bersimpuh menangis tersedu-sedu di kaki ibunya, memohon maaf atas segala kelakuannya yang telah mengecewakan sang ibu. Sungguh sang ibu tidak menyangka dan dengan reflek sang ibu menangis dan dengan turut menangis itulah keikhlasan memaafkan terjadi sehingga menghapus segala kesalahannya pada orang tuanya. Tidak cukup itu, ibunya lalu diajak kepada masing-masing gurunya untuk memohonkan maaf atas segala kenakalannya di sekolah, reaksi yang hamper sama dang sang ibu pun, dia terima dari setiap guru.
Ada seorang guru kimia yang membenci temanku karena kenakalannya begitu pula temanku tadi. Pada saat berkunjung ke rumah Bu Guru kimia tadi, saya ikut menemani temanku dan ibunya meminta maaf. Sungguh saya disuguhi sebuah drama kehidupan yang sangat mengharukan. Melebihi keharuan dan dramatisnya flim bollywood dan telenovela, apalagi sinetron Indonesia, hehehe….
Dengan mimik yang jujur dan penuh ketulusan, suara yang agak berat keserakan, mata yang yang sendu, serta dengan kepala tertunduk, terdengar kata-kata yang sangat dalam dan Ku kenang hingga sekarang. Kata temanku pada sang bu guru kimia,” Bu, kulo sadar ,,, kulo niki mboten lebih sae dugi romot, duso kulo teng jenengan luwih ageng tinimbang gunung, kulo semerep, jengan angel nyepunten kulo, mboten mungkin jenengan nrimo kelakuane kulo lantaran mong nedi sepunten,,,, sa’niki kulo kerso nopo mawon kang bade jenengan hukumaken teng kulo, lan kulo ikhlas le’ jenengan ngutuk kulo mboten lulus ujian,,, memang terae kulo mbotan pantes lulus,,, Le’ jenengan mboten kerso nyepunten kulo, kulo mong nedi pendungane jenengan mawon, dunga’aken kulo dadi tiang sae kang saged dadi aken penyepurane tiang katah teng sedantene keaslahane tingkah kulo…”.
Kata-katanya mampu menghipnotis bu guru tadi yang sangat terkenal killer di sekolah, air mata mengalir pelan di pipi bu guru seraya terdengar rintihan doa, “ yo wes le,,, mugi-mugi kon dadi tiang sae”. Sajak saat itulah perangai temanku berubah 180 derajat.
Boleh percaya atau tidak, nggak masalah, tapi yang menjadi entry point-nya adalah ridho dan doa orang tua dan guru harus segera kita peroleh. Dan, jika kita terlanjur berbuat salah sesegera mungkin meminta maaf dengan setulus hati.
Semoga teman-teman sekalian yang akan menghadapi ujian nasional lulus semua dengan hasil yang terbaik. Amin!

Catatan: Penulis adalah mantan siswa yang merasakan UN tingkat SMA dua kali berturut-turut dengan sekali tidak ulus dn sekali lulus, plus sekali ikut ujian paket C, hahaha