menu

Rabu, 30 Agustus 2017

Tulisan Tanpa Karcis #3.0

Teknologi VR (Virtual Reality) Ternyata Terinspirasi dari PO. SK (Sumber Kencono)

Mencengangkan... Teknologi VR (Virtual Reality) Ternyata Terinspirasi dari PO. SK (Sumber Kencono) ini yang terjadi, Sekilas mirip-mirip judul berita online yang ecek-ecek, biasanya beritanya ringan kayak krupuk blek, ndak seperti ulasan bolanya Ibnu Tsani Rosyada yang kalau baca tulisan bolanya jadi teringat dengan almarhum kakek saya (lahumul fatihah) dikala bercerita mengantarkan tidurku ke alam mimpi. Atau tak seperti tulisan dari Ayunk Notonegoro yang menjunjung tinggi literasi, sampai lupa mengembalikan buku-buku yang dia pinjam maupun yang dipinjamkan (tanpa bunga, tanpa riba)
Sebenarnya saya mau mengulas PO ini di akhir-akhir saja, sebelum saya bercerita tentang Bungurasih. Namun desakan dari saudara Jaey yang tak terbendung, ingin sekeli bus kaporitnya ini saya review.
Siapa yang tak kenal dan tak sayang dengan PO yang satu ini, yang bermarkas di daerah krian sidoarjo, yaa. Sumber Group. Dulu satu nama yang saya tahu yaitu sumber kencono, Namun sekarang ada beberapa nama seperti Sumber Selamet dan Sugeng Rahayu.
Hanya dengan Rp 17.000 saya bisa sampai di kertosono dengan selamat tanpa masuk pemberitaan di E100 sudah alhamdulillah. Saya berfikir skill driver PO ini apakah sudah sertifikasi reli dakkar semua yah kok naluri dan perhitngannya matang sekali, PO yang di awaki oleh satu Per (baca=soper) satu Tur (baca=kondektur), 2 net (baca=kernet) sangat bisa diandalkan. Apalagi anda yang bernyali dan penggemar permainan yang menuntut adrenalin tinggi. ini lebih dari naik rolikoster, Apabila anda naik dan duduk disebalah pak soper. dan kabarnya Penumu teknologi VR dulunya pernah naik bus PO ini dan terinpirasi. (sumber: hasil mimpi penulis)
net dan per adalah dwi tunggal dimana net menjadi mata kiri dan per menjadi mata kanan sekaligus kemudi.
yang saya dengar hanya ada 2 aba-aba dari net (1) Prei (2) Parkir dan apabila sangat mendesak akan terdengar suara Alonn peeerr sambil bersiul.
Kembali ke teknologi VR. teknologi ini menawarkan sensasi seakan anda melihat dilayar lebar dan serasa sedang mengemudikannya, Anda akan merasakan kemiringan tiba-tiba, full spead tiba-tiba, berhenti tiba-tiba dan tiba-tiba anda sudah sampai.
itu juga yang anda rasakan ketika naik PO ini dan di balik itu semua ada doa para penumpang yang tak henti dari mulut-mulutnya. so what? ini tak mungkin terjadi apabila kondisi Bus tidak fit, sepanjang pengalaman saya naik PO ini belum pernah ada busnya yang kasar mesinnya, yang bising kabinnya dan panas ac nya, semuanya terjaga dan terawat dengan baik, dan dukungan audio video yang lumayan bagus dengan musik dangdut, membuat penumpang lebih rileks dari ketegangan sementara ini.
PO ini punya Fans tersendiri terbukti ketika melintasi lampu merah kertosono selalu kursi terisi penuh sampai berdiri, terbukti PO ini punya kelebihan tersendiri dari segi waktu sangat jempolan, tak pernah melihat PO ini berhenti untuk menunggu penumpang.
Semoga Sumber grup Selalu selamet dan tetap rahayu
dan sukses selalu
penilaian saya So far so Fast and be carefully.
sekian dulu ulasannya saya jadi mules (tegang) ketika meriview ini
#ayonaikbus

Dari Mbah Google

Catatan Tanpa Karcis #2.0

Naik Eka BERASA PUNYA JETBUS PRIBADI


Sesuai janji saya, berapapun jumlah like dan koment saya akan tetap mereview bus, melanjutkan postingan sebelumnya. walaupun tak ada gambar foto bus, tidak seperti Ayunk Notonegoro yang setiap perjalanannya selalu memposting Foto sayap pesawat dan bukunya, Atau seperti Ibnu Tsani Rosyada yang nyaris jarang kemana-mana karena masih bingung antara karir dan asmaranya.
Bus Eka yang saya tau ada dua tujuan (1) Surabaya - Jogja (2) Surabaya - Purwokerto. Kedua trayek ini sudah saya coba semua, Bus patas yang di awaki oleh satu driver dan 1 kondektur, dengan mematok tarif Rp 37.500 (tujuan surabaya - Kertosono) anda akan mendapatkan Free air mineral. Tarif aslinya 34.500 kalau tidak salah.
Apa yang bisa kita dapatkan dengan Tarif sejumlah itu? Anda akan mendapatkan tempat duduk tanpa harus berdiri menunggu penumpang lain nya turun, dengan kapasitas driver yang lumayan OK meskipun lima dari satu masih ada driver yang Veteran, Tanpa harus khawatir tidak bisa tidur nyenyak, hampir jarang sekali terjadi akselerasi tiba-tiba dalam tancap gas maupun dalam kondisi pengereman, smooth sekali. Tingkat kebisingan dalam kabin atau karoserinya minim sekali meskipun pernah satu kali lupa nomor lambung berapa terdengar bunyi baut dimana-mana dan klakson yang membuat telinga bising. Selain itu anda akan di hibur dengan audio video yang apik tak terlalu keras dan tidak lirih juga, serasa berada di toko buku gramedia dan suhu ruangan yang pas (tidak panas dan tidak terlalu dingin) mengigat semua bus sekarang sudah Full AC semua. Apalagi anda memilih jurusan Eka Purwokerto, dengan model bus seperti layaknya bus tingkat dan keramahan sopir, kondektur seakan anda tidak tahan untuk tidak mengucapkan terimakasih atau matursuon ketika anda sudah sampai dan turun dari Bus ini.
So Far So Good, Entah kalau seleranya ustad Hyangtoh Al Wengkery, apakah beliau suka dengan PO ini.
itu review saya bagaimana menurut warga net?
#ayonaikbus


Ambil dari Mbah Google

Catatan Tanpa Karcis



MODA TRANSPORTASI KITA (Perusahaan Otobus)
Sekarang saya mau share pengalaman naik bus wara-wiri Surabaya-Kertosono PP.
Mungkin kalau baca tulisan saya tak sebagus tulisan Ayunk Notonegoro dimana kalau lagi baca tulisannya seperti sedang membaca rangkuman sebuah buku detail, sampai tak bisa membedakan mana referensi dan mana buah fikirannya atau semuanya njiplak buku.. Atau tak sebaik adik saya Ibnu Tsani Rosyada, yang mau baca saja kadang delima sendiri mau saya baca kok saya alergi politik, gak dibaca tulisan "dolor dewe" akhirnya tetap saya baca sambil minum Hydrocortison.
gak apalah tak imbangi saja.
setelah hampir 4 bulan 1 kali dalam seminggu saya menggunakan mode transportasi ini, kok tiba-tiba Saya ingin ceritakan pengalaman Perjalanan saya dengan mode transportasi BUS, Just Info mode transportasi ini dulu paling amat sangat saya benci.
Selain bentuknya tak sebagus sekarang (dulu seperti roti tawar) dan khas bau BBM yang menyengat, yang lihat saja sudah mual-mual dan ingin muntah.
Banyak sekali PO (Perusahan Otobus) Bus berjejer di gate-gate Terminal Bungurasih. lain kali saya akan saya bahas khusus mengenai terminal yang dulunya "Angker" ini.
kenapa saya harus berpindah kelain hati yang memaksa saya harus menjadi Busmania setelah bertahun-tahun menjadi reilfans(sebutan pecinta Kereta Api) saya besar di gerbong kereta api (4 tahun jombang-banyuwangi dan 5 Tahun SUB-B.Wangi PP)
tapi tak apalah mungkin ini yang dinamakan awalnya benci jadi cinta.
Ada beberapa BUS yang akan saya review Versi saya yaitu Bus EKA Cepat, Jaya, Restu Panda, Mira, Dan yang paling Fenomenal SK aka Sumber Kencono aka Sumber Selamet Aku Sugeng Rahayu.
Tapi Untuk episode pertama ini cukup itu saja dulu.
Kalau ada yang Coment, Like maka saya akan meneruskan review bus ini.
yang saya review meliputi (1). Skill Driver (2). Kebisingan Mesin (3). Durasi Klakson (4). Sheet (5). Audio dan Entertainment.

Masuk Terminal Bungurasih Sidoarjo

Senin, 04 April 2016

Ekspedisi Kertowangi (Kertosono - Banyuwangi) #scane me

Ehem...
Bismillah hamdalah wa salaman

Lama tak menulis di blog ini.. mungkin terlalu sibuk dengan macetnya Sidoarjo - Surabaya, salah tiganya  disebabkan banyaknya karyawan-karyawan demo di depan Pabriknya, kepadatan jalan karena ada rombongan pejabat, atau mungkin ria rio Ambulan dan Mobil Polisi yang sedang Patroli. sehingga terasa padat memunel (setingkat diatas padat merayap) seperti ketan yang di uwur-uwuri parutan kelapa.
Apapun itu yang jelas saya akan membagikan momen bahagia ini...

Yess.. Akhirnya menikah juga, menyusul paman saya Ayung, yang juga aktif di blog ini...

Memang tak salah dengan cerita temanku yang sudah-sudah, ketika seseorang akan melakukan akad nikah, akan ada kendala yang sedikit mengganggu konsentrasi, tapi itu aku anggap bagian dari alur cerita kehidupan.

Menunggu kedatangan Rombongan.
Sore itu saya berangkat dari kos-kosan yang sudah lama saya tempati. Kamar kecil itu menjadi saksi perjuanganku yang biasa-biasa saja, tidur, sholat, ngaji, guyon, remian, karambolan, belajar (kalau terdesak) untuk kerja bahkan, bisa saya lakukan dikamar itu. dan sampai akhirnya saya meninggalkan ruangan itu untuk berangkat Ijab Qobul di rumah camer (calon mertua). Sembari di iringi teman-teman kos ku menuju mobil yang sudah siap menghantar.
dan Cusss... kertosono menginap di hotel kelas biasah.. yah mirip-mirip kosan yang aku tempati cuman bedanya ada AC, Kamar mandi dalam, dan TV (Fasilatas itu ga ada dikosan)...
dan Saatnya istrirahat.'
....
Jam 03.00 Pagi saya terbangun karena ada telpon dari saudara yang dari madura, saya memanggilnya Bik Anik (adik terkecilnya bapak) sambil tergesah-gesah menjelaskan kalo dia berserta rombongnya (rombongan) sudah di Jombang. sontak aku telpon rombongan yang dari Banyuwangi ternyata sudah ada di Mojokerto, syukurlah dan saya konfirmasi untuk memastikan kalau jam 07:00 sudah di TKP untuk acara akad yang akan di laksanakan jam 08:00. ok fix
menunggu rombongan
Sambil menunggu hari istimewa itu selesai sholat subuh saya berlari-lari kecil muter-muter halaman hotel (biar gak grogi) dan jam 06:00 saya siap-siap, sampai dirasa cukup ganteng bila di foto. heheheh

Yes I am the Key
Dan saya  mencoba menghubungi lagi rombongan dari Banyuwangi karena waktu sudah menunjukkan pukul 07:00 wib. jangankan berangkat ijab, deru bus rombongan saja belum terdengar. saya pun menghubungi kembali dan what..!!!! rombongan akan terlambat karena bus yang ditumpangi terjebak kemacetan..terdengar dari speaker handphone jadul milikku krik krik krik waktu sudah menujukkan jam 08:00 dan belum juga datang, dan lagi-lagi telponku sudah berdering dari tadi seakan dia berteriak woi jadi nikah nggak kamu, mudinnya sudah lama menunggu. Tapi setelah menunggu dengan penuh harap, datang juga Bus AKAS yang mengangkut rombongan itu dan meluncur ke TKP, Sampai akhirnya saya bertemu Bapak saya dan sedikit bermaksud menyampaikan complain, tapi beliau dengan santai mengatakan, Santai saja kamu yang jadi kuncinya. Yes I am the Key dan akhirnya sah..



mantene teko
Pak Mudin yang sempet gondok karena nunggu 2 jam (salaman dengan saya minta maap)

Terimakasih Pendukung Acara








keluarga baru
Teretan dibik
 
Dapat Saweran

itu beberapa momen bersama-sama ..
masih ada Film pendeknya ..
 Terimakasih

yang terakhir mohon doanya dari yang hadir dan yang tidak sempat hadir, agar selalu di ridloi allah amienn..








Rabu, 30 Desember 2015

PARA MUALLIF JOMBLO



Salah satu hal yang paling urgen dalam peradaban manusia, mungkin, adalah pernikahan. Dalam pernikahan, perkembangbiakan manusia diatur. Tak hanya berupa aturan adat, pernikahan pun memunculkan aturan hukum agama, hukum positif dan beragam konsekuensi aturan lainnya. Begitu pentingnya pernikahan dalam kehidupan manusia, sehingga bagi orang-orang yang memilih untuk tidak menikah dalam hidupnya mendapat ‘perhatian yang lebih’ (baca: sorotan), ditengah masyarakat.
Sebenarnya, ada banyak orang yang tetap memilih membujang, atau dalam bahasa kekinian acap disebut “jomblo”. Mulai dari orang biasa sampai orang penting, dari orang papa sampai kaya raya, laki-laki atau wanita yang memilih menjomblo. Tak menikah hingga akhir usia. Tentu dengan beragam alasan dan penyebabnya masing-masing.

Namun, dalam tulisan kali ini, saya akan menuliskan para muallif, penulis kitab, yang tetap menjomblo hingga akhir hayatnya. Saya sarikan tulisan singkat ini dari buku KH. Husain Muhammad yang berjudul Memilih Jomblo: Kisah Para Intelektual Muslim yang Berkarya Sampai Akhir Hayatnya. Dalam buku terbitan Zora Book tersebut, Husain Muhammad menuliskan sekitar dua puluh satu (21) kisah para intelektual muslim dari berbagai bidang yang memilih untuk tidak menikah. Dari sekian intelektual jomblo tersebut, ada yang produktif menulis dan ada pula yang tidak produktif. Maka, saya memilahnya lagi menjadi beberapa jomblo yang aktif menulis dan memproduksi karya tulis.

Ada kalanya para muallif tersebut menuturkan alasan-alasannya kenapa memilih untuk menjomblo. Namun, tak sedikit yang hanya melahirkan terka kenapa ia tak menikah. Berikut kisahnya:

Ibnu Jarir Ath-Thabari

Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (224-310 H / 839-923 M). Lahir di Tabaristan, sebuah kota di Turkmenistan, selatan Laut Kaspia. Sejak belia telah dikenal sebagai orang yang memiliki kecerdasan luar biasa. Diusianya yang ke tujuh, ia telah hafal Al-Qur’an dan pada usia sembilan tahun telah mulai menulis hadis.

Hari-harinya dihabiskan dengan menuntut ilmu dan menulis kitab. Banyak karya monumental yang telah ditulisnya. Ada puluhan buku dalam berbagai kajian ilmu keislaman yang dianggitnya. Antara lain: Jami’ul Bayan At tanwil Ayil Qur’an dalam bidang tafsir Qur’an yang terdiri dari 30 jilid, dan Tarikh al-Rosul, wal Anbiya wal Muluk wal Umam dalam bidang sejarah yang terdiri dari 8 jilid yang masing-masing berjumlah 700 halaman. Ada pula Tahdzibul Atsar, Ikhtilaful Ulama al-Amshar, Adabul Qadhi, dan lain-lain.

Menurut al-Simsimi, salah seorang muridnya, Ibnu Jarir menulis buku selama 40 tahun. Dimana tiap hari ia menulis sekitar 40 halaman. Dalam salah satu riwayat dikatakan bahwa dari keseluruhan karya Ibnu Jarir jika dibandingkan dengan panjang usianya yang mencapai 80 tahun, ia rata-rata menulis 14 lembar sehari.

Tak ada riwayat yang menjelaskan alasan Ibnu Jarir untuk memilih jomblo dalam hidupnya. Namun, jika dilihat dari kecintaannya pada ilmu dan gairahnya yang begitu luar biasa dalam menulis, bisa diduga alasannya, sebagaimana orang Arab katakan:

“Wa inna ladzdzatal ma’rifah agnathaa an ladzdzatiz zawaaja wal irtibath”

Menggumuli ilmu pengetahuan jauh lebih nikmat daripada kenikmatan menikah dan terikat.


Abul A’la Al-Ma’arri

Ia terlahir dalam kondisi normal, namun pada usia tiga tahun Al-Ma’ari mengalami panas yang berakibat cacar dan mengganggu penglihatannya. Tiga tahun kemudian, ia mengalami kebutaan permanen. Namun, kebutaan pada matanya tak menyurutkannya untuk belajar pria kelahiran tahun 363 H / 937 M di Ma’arri al-Nu’man, di Syiria Utara. Ia kelak dikenal sebagai seorang cendikiawan, filsuf dan penyair yang banyak menulis karya.

Karya-karya Al-Ma’ari kebanyakan berupa antologi puisi. Antara lain yang terkenal adalah Siqthul Zindi (Percikan Api) yang terdiri dari 3000 bait puisi, Luzum Ma Laa Yalzam (Keharusan yang Tidak Harus), Istaghfir wa Istaghfiri terdiri dari 10.000 bait. Selain itu, karya monumentalnya yang paling berpengaruh adalah Risalatul Ghufran (Surat Pengampunan).

Risalatul Ghufran berupa sastra falsafi yang berisi tentang kehidupan manusia di neraka dan surga yang terbungkus dalam dialog imajinatif yang indah nan satiris. Buku ini kelak banyak mempengaruhi sastrawan-sastrawan besar dunia. Sebut saja Dante Alighieri (1265 M), seorang penulis Italia yang begitu legendaris dengan karyanya Divine Comedy (Komedi Ilahiyah).

Sepanjang hayatnya, Al-Ma’ari memilih untuk tidak menikah. Menikah baginya adalah momok yang amat menakutkan. Dalam salah satu riwayat ia mengatakan, “Tinggalkan berketurunan. Berketurunan akan menimbulkan kematian.”

Dalam riwayat yang lain, ia berwasiat, “Aku wasiat kepadamu, jangan menikah. Bila kau takut dosa, nikahlah tetapi jangan berketurunan. Kuatkanlah.”

Ketakutannya pada keturunan yang menyebabkannya memilih tidak menikah didasarkan dari pandangan subyektifnya akan penderitaan seorang anak. Ia amat  takut menjadi penyebab penderitaan bagi anak-anak yang dilahirkannya. Bahkan dalam wasiatnya yang lain, Al-Ma’ari berpesan untuk menuliskan di batu nisannya sebuah pernyataan:

Hadzaa janaahu abiy alayya wa maa janaytu alaa ahadin

Ini adalah kesalahan ayahku atasku, dan aku tidak melakukan kesalahan kepada siapapun.
 
      Imam Zamakhsyari

Seorang teolog bermadzhab Mu’tazilah ini lahir di Provinsi Khawarizm, di Asia Tengah. Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Qosim Mahmud bin Umar al-Zamkhsyari al-Khawarizmi. Sejak kecil Zamakhsyari telah haus akan ilmu. Ia rela menempuh perjalanan ribuan mil dari tanah kelahirannya menuju Mekkah guna menuntut ilmu. Kelak ia dikenal sebagai seorang cendikia dibidang bahasa dan terkenal pula sebagai mufassir. Kitab tafsirnya yang terkenal berjudul  Al-Kasysyaf an Haqaiq Ghawamidh At-Tanzil wa ‘Uyunil Aqawil fi Wujudit Ta’wil.

Selain kitab tafsir, intelektual ‘rasional’ tersebut juga menulis 50 buku penting dalam beragam kajian. Antara lain: Al-Faiq fi Gharibil Hadits, Nukatul A’rab fi Gharibil I’rab, Mutasyabih Asmauil Ruwat, Asasul Balaghah, Syaqaiqul Nu’mal fi Haqaiqil Nu’man, dan beberapa judul lainnya.

Ia pun sama dengan beberapa cendikiawan lainnya. Zamakhsyari memutuskan untuk menjadi “uzzab” – memutuskan untuk tidak menikah sepanjang hayat. Dalam satu bait puisinya, Zamakhsyari mengungkapkan alasannya untuk menjomblo:

“Aku telah mengamati nasib anak-anak
Aku hampir tak menemukan, anak-anak yang tidak menyakiti ibu dan ayahnya
Aku melihat seorang ayah yang menderita karena mendidik anak-anaknya
Dan ia ingin sekali anaknya menjadi orang yang pintar dan cerdas
Ia ingin mendidik generasi yang cemerlang
Tetapi apa daya , apakah ia menjadi baik atau menjadi nakal
Saudaraku menderita, karena menjadi beban anaknya
Anak itu begitu nakal
Karena itulah, aku tinggalkan menikah
Dan memilih cara hidup sebagai biarawan
Ini bagiku jalan hidup terbaik             

Said Nursi

Ia terlahir dari pasangan Mirza bin Ali dan Nuriah binti Mala Thahir di desa Nurs, bagian timur Anatolia, Turki pada tahun 1877 M. Said Nursi memiliki kecerdasan begitu menonjol sejak belia. Konon, kala usianya baru 15 tahun, ia mampu menghafal 80 kitab-kitab standard utama, baik yang tebal maupun yang tipis. Diantaranya adalah kitab Jam’ul JawamiI karya Taqiyuddin As-Subki yang dihafalkan hanya dalam waktu satu minggu. Begitu pula kamus Al-Muhith (Fairuz Abadi), Ushulul Fiqh Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam (Ibnu Hajib), Al-Tuhfatul Muhtaj bi Syarah al-Minhaj (Ibnu Hajar Al-Haitsami) dan beberapa kitab lainnya juga dihafalnya.

Tak hanya ilmu-ilmu keagamaan yang dikuasainya, pada tahun 1897 ia juga mempelajari ilmu-ilmu sekuler seperti halnya matematika, astronomi, kimia, fisika, geografi, filsafat, sejarah dan lain sebagainya. Kecerdasannya yan begitu luar biasa itu menasbihkan dirinya dengan julukan “Badi’uz Zaman” (Kecemerlangan suatu zaman).

Di tengah aktivitasnya politiknya yang penuh dengan polemik dan tekanan dari rezim Attartuk, Said Nursi tetap menjadi penulis produktif. Salah satu karyanya yang paling menonjol adalah Rasailun Nur. Kitab ini merupakan tafsir Al-Qur’an dalam perspektif sufistik. Karya ini mendapat respon yang begitu luar biasa dengan diterjemahkan ke dalam 40 bahasa di dunia. Karya lainnya antara lain: Al-Matsnawi al-Arabi al-Nuri, Al-Kalimat, Al-Lama’at, Al-Syua’at, Al-Muhkamat, Al-Rumuz, Al-Ayatul QubraI  dan lain sebagainya.

Gairahnya dalam menuntut ilmu dan aktivitas politiknya yang begitu luar biasa mengantarkan Said Nursi menjadi jomblo progresif sepanjang masa. Dalam salah satu tulisan ia mengatakan alasannya “menjomblo”

”Aku sungguh tidak bisa menjalankan kewajiban-kewajiban untuk istriku dalam kondisi hidupku seperti ini; menghadapi situasi sosial, politik yang penuh gejolak dan instabilitas.”

[Bersambung]

Ayung Notonegoro
Penggiat Literasi Banyuwangi

Minggu, 01 November 2015

Keanekaragaman Penyusunan Kitab Hadits






Dalam dunia literasi, saya kira, tak ada yang melebihi Nabi Muhammad dalam memberikan inspirasi bagi para penulis. Beribu buku yang menceritakan tentang sejarah hidup orang paling mulya bagi umat Islam tersebut ditulis. Konon, setiap bulan lebih dari satu buku yang terbit di dunia ini tentang dirinya. Baik tentang biografi maupun tentang ajarannya.

Salah satu yang paling sering dan penting untuk ditulis dan dikaji dari kehidupan Nabi Muhammad adalah tentang hadist. Menurut para ahli hadits (muhaditsin) sendiri, hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan (taqrir), maupun sifat beliau. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Mahfudz bin Abdillah al-Tarmisyi dalam Manhaj Dzawin Nadhar.

Ruang lingkup hadits yang luas serta peranannya yang amat penting dalam agama Islam, satu tingkat dibawah al-Qur’an, menjadikan hadits begitu menarik untuk ditulis. Namun, meski hadits tersebut hanya berupa kumpulan-kumpulan perkataan dan segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad, ada beragam jenis penulisannya. Kitab-kitab hadits tak berhenti hanya sebagai sekedar kumpulan kata-kata. Ada kreativitas penulisannya.

Ada beragam pendapat mengenai klasifikasi ragam metode penulisan kitab-kitab hadits tersebut. Al-Mabarakfury, misalnya, dalam kitabnya Muqaddimat Tuhfatil Ahwadzy Syarhil Jami’il Tirmididzy membagi macam penulisan kitab hadits menjadi sembilan: al-jawami’, al-masanid, al-ma’ajim, al-ajza, arbaun haditsan, al-mustakhrajat, al-mustadrakat, al-ilal dan al-athraf.

Berbeda pula dengan klasifikasi yang dibuat oleh Jamila Shaukat. Ia membagi kitab-kitab hadits menjadi sebelas jenis: shahifah, risalah/kitab, juz, arba’in, mu’jam, amaliy, athraf, jami’, sunan, mushannaf dan musnad.
 
Terlepas dari perbedaan klasifikasi tersebut, penulis coba sampaikan beberapa jenis yang sekiranya mencakup semua kategori. Bentuk awal pembukuan hadits nabi berupa shahifah. Pada dasarnya shahifah berupa literatur hadits yang masih sederhana. Hanya berupa catatan-catatan hadits yang ditulis begitu saat mengetahui adanya hadits. Bentuk penulisan yang demikian telah ada semenjak era Nabi Muhammad.

Salah satu shahifah yang ditulis dihadapan Nabi Muhammad langsung adalah Ash-Shahifah al-Shadiqah yang ditulis oleh Abdullah bin Amr (w. 63 H).  Abdullah bin Amr merupakan salah satu sahabat yang mendapat kepercayaan Nabi untuk menuliskan hadits karena kemampuannya dalam baca tulis dan menguasai bahasa Arab dan Suryani dengan baik.

Menurut Ibnu Atsir diperkirakan ada sekitar seribu hadits yang terdapat dalam shahifah tersebut. Saat ini, shahifah tersebut sudah tidak dapat ditemukan. Namun, masih terdapat beberapa hadits yang kembali diriwayatkan. Ada sekitar tujuh hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Secara terpisah, Bukhari meriwayatkan delapan hadits dan Muslim meriwatkan 20 hadits. Adapun yang paling banyak meriwayatkan hadits Abdullah bin Amr adalah Ibnu Hambal dalam musnad-nya.

Selain Ash-Shahifah ash-Shadiqah, beberapa sahabat lain juga ada yang menulis hadits dengan metode shahifah tersebut. Diantaranya adalah Shahifat Ali bin Abi Thalib (w. 40 H), Shahifat Jabir bin Abdillah (w. 78 H), dan Al-Shahifat Ash-Shahihah karya Hammam bin Munabih (w.131 H).

Metode lain yang digunakan adalah kitab atau risalah. Dalam metode ini, hadist dikumpulkan dengan tema-tema tertentu. Para ahli hadits membaginya dalam delapan kelompok. Mulai dari hadits tentang aqidah sampai hadits yang menjelaskan sifat baik ataupun buruk.

Kitab hadits yang khusus menuliskan tentang hadits aqidah atau dikenal pula dengan ilmu tauhid antara lain karya Ibnu Khuzaimah, Kitab Tauhid dan Al-Baihaqy dengan judul Al-Asma wal Shifat. Dalam bidang kesalehan (asketisme / zuhud), hadits yang ditulis dengan metode kitab adalah Kitabul Zuhud  karya Ibnu Hanbal dan Ibnu Al-Mubarak.

Adapula dalam bidang adab (ilmul adab), seperti halnya karya Bukhari, Adabul Mufrad. Sedangkan yang memuat hadits-hadits tentang tafsir diantaranya adalah Tafsir Ibnu Mardawaih, Tafsir Ad-Dailami, Jamiul Bayan karya Ath-Thabari. Hadits tentang biografi Nabi Muhammad ada Sirah Ibnu Ishaq atau Ibnu Hisyam dan Sirah Mula Umar. Sedangkan hadits yang membicarakan tentang peperangan dan kekacauan (ilmul fitan), diantaranya adalah karya Nu’aim bin Hammad berjudul Kitab Fitan. Adapun yang membahas tentang sifat baik dan buruk (ilmul manaqib), adalah karya Al-Muhib al-Thabary dengan judul Ar-Riyadl an-Nadlarat fi Manajibil Asyrah.

Metode penulisan hadits secara tematis demikian paling banyak menarik perhatian adalah tentang fiqih. Bahkan melahirkan beberapa metodologi turunan. Biasanya adalah yang berbentuk sunan. Selain itu, penulisan kitab hadits dalam bidang fiqih juga  dikenal dengan metode mushannaaf dan muwaththa’.

Secara metodologis keempat jenis tersebut tidak berbeda dalam sistematika penyusunan haditsnya. Hadits tersusun disesuaikan dengan urutan bab sebagaimana dalam kitab fiqih pada umumnya. Yang membedakannya hanya pada kriteria hadits yang dimuat.

Dalam sunan kebanyakan hadits yang dimuat hanya yang berkwalitas marfu’ (disandarkan kepada Nabi SAW). Sedangkan mushannaf dan muwaththa’ juga mencantumkan hadits dengan kwalitas mauquf (disandarkan pada sahabat) dan maqthu’ (disandarkan pada tabi’in). Perbedaan antara mushannaf dan muwaththa’ hanyalah pada motivasi penulisnya. Muwaaththa’ adalah bertujuan untuk memudahkan para pembacanya.

Contoh hadits dengan penyusunan metode sunan antara lain Sunan Ibnu Dawud (w. 275 H), Sunan An-Nasa’i (w. 303 H), Sunan Ibnu Majah (w. 275 H) dan Sunan Ad-Darimy (w. 255 H). Sedangkan dalam bentuk mushannaf adalah Mushannaf Hammad ibnu Salamah al-Bashry, Mushannaf Waki’ Ibnu Jarrah al-Kufi, Mushannaf Abdul Razaq dan Mushannaf  Abi Bakr Abdillah ibn Muhammad ibn Abi Syaibah al-Kufi. Adapun yang muwaththa’ antara lain Muwaththa’  Malik bin Anas, Muwaththa’ Ibnu Abi Dzi’b al-Madany dan Muwaththa’  Abi Muhammad Abdillah al-Maruziy.

Selain dengan gaya penulisan hadits secara tematik, ada pula beberapa kitab hadits yang mencakup keseluruhan. Yaitu model penulisan jami’. Model ini mencakup delapan pembahasan sebagaimana dijelaskan diawal. Yang membedakannya dengan pola penulisan shahifah, metode jami’ ini telah tersistematika. Contoh kitab hadits dengan gaya penulisan demikian adalah Jami’ush Shahih karya Imam Bukhari (w. 256 H), Al-Jamiush Shahih karya Imam Muslim (w. 261 H), Al-Jami’  karya Al-Tirmidziy (w. 279 H) dan Al-Jami’ karya Abdul Razzaq (w. 211 H).

Yang hampir menyerupai metode jami’ adalah model majma’. Majma’ adalah model penghimpunan hadits yang berasal dari kitab-kitab hadits yang telah disusun sebelumnya. Ada dua cara penyusunannya kitab ini: (1) disusun berdasarkan topik tertentu. Misalnya Al-Jam’u baynal Shahihain karya Muhammad bin Abi Nashir Al-Humaidi (w. 488 H) dan Al-Jam’u Baynal Ushulish Shittah karya Ibnu Al-Atsir (w. 606 H); (2) disusun berdasarkan awal kata dari matan hadits. Misalnya Jam’ul Jawami’  dan Al-Jami’ush Shaghir li Ahaditsil Basyiril Nadzir karya Imam Suyuthi.
Tak hanya berpaku pada pemilahan hadits belaka, metode penyusunan kitab hadits juga ada yang mengacu pada jalur sanadnya. Metode musnad adalah salah satunya. Musnad adalah kitab hadits yang penyusunannya berdasarkan urutan nama sahabat yang meriwayatkan hadits. Diantara jenis musnad adalah Musnad Ahmad bin Hambal, Musnad Al-Humaidi, Musnad Abu Dawud At-Talayisi dan Musnad Asad bin Musa al-Umawy.

Adapula metode mu’jam. Secara bahasa, istilah mu’jam berarti kamus, namun dalam ilmu hadits, mu’jam  adalah kitab hadits yang penyusunannya berdasarkan nama-nama sahabat, guru-guru hadits, nama-nama negeri, atau lainnya secara berurutan. Secara umum penyusunannya diurutkan secara alfabetis. Diantara kitab mu’jam yang tersohor adalah trilogi mu’jam yang ditulis oleh Al-Thabrany: Mu’jamul Kabir, Mu’jamul Ausath, dan Mu’jamush Shagir.

Metode lainnya yang seringkali digunakan para ahli hadits dalam menyusun kitab-kitabnya adalah mustakhraj dan mustadrak. Mustakhraj adalah penulisan kitab berdasarkan penulisan kembali hadits-hadits yang terdapat dalam kitab lain, kemudian penulis mencantumkan sanad sendiri, bukan jalur sanad yang dimiliki penulis pertama. Misalnya adalah Al-Mustakhraj alal Shahihain karya Nu’aim al-Asbahany, Al-Mustakhraj ala Shahih Bukhari karya al-Ismaili, dan Mustkhraj ala Shahih Muslim karya Abu Uwanah.

Sedangkan model mustadrak adalah penyusunan kitab hadits dengan cara menyusulkan hadits-hadits yang tidak terdapat dalam kitab lain, tetapi penulisannya menggunakan syarat-syarat yang dipakai oleh penyusun kitab itu. Contohnya adalah Al-Mustadrak ala Shahihain karya Al-Hakim (w. 405 H).
Keragaman penulisan ini semata untuk mempermudah dalam mempelajari hadits yang berjumlah ribuan itu. Dengan demikian, hadits dapat ditelusuri secara lebih efisien baik merujuk pada tema, kata, sanad, atau bahkan kwalitasnya.

Ayung Notonegoro
Penggiat Literasi Banyuwangi