Jadi ingat waktu dulu di pondok pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi, sholawat ini selalu berkumandang setiap usai adzan subuh, mengiringi langkakah ku menuju masjid untuk sholat berjamaah
Shalawat ini bersumber dari Sayyid Ahmad Al-Badawi r.a., Sayyid Ahmad Ruslan mengomentari shalawat ini, "Sha-lawat ini sangat mujarab untuk menunaikan hajat, mengusir kesusahan, menolak bencana, dan memperoleh ca-haya; bahkan sangat manjur untuk segala keperluan."
Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas cahaya di antara segala cahaya, rahsia di antara segala rahasia, pe-nawar duka, dan pembuka pintu kemudahan, yakni Say-yidina Muhammad, manusia pilihan, juga kepada ke-luarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karunia-Nya."
Senin, 30 Januari 2012
Sabtu, 28 Januari 2012
Sholawat Thibbil Qulub
SHALAWAT bentuk jamak dari kata salla atau salat yang berarti: doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah.
Arti bershalawat dapat dilihat dari pelakunya. Jika shalawat itu datangnya dari Allah Swt. berarti memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat berarti memberikan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin berarti suatu doa agar Allah Swt. memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya.
Artinya :
Ya Allah curahkanlah rahmat kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya dan sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya dan merupakan makanan pokok jasmani maupun rohani, Semoga sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga serta para shahabat-shahabatnya
Jumat, 20 Januari 2012
Mother i'm lost without you
karya ibu Diqyatul Hasbiyah (Dq)
Blessed is your face
Blessed is your name
My beloved
Blessed is your smile
Which makes my soul want to fly
My beloved
All the nights and
Allthe times that
you cared for me
But i never reilised it
And now is too late
Forgive me
Now i'am alone filled so much shame
For all the years i caused you pain
if only i could sleep in your arms again
Mother i'm lost without you
You were the sun that brightened my day
Now who's going to wipe my tears away
If only i knew what i know today
Mother i'mlost without you
Blessed is your face
Blessed is your name
My beloved
Blessed is your smile
Which makes my soul want to fly
My beloved
All the nights and
Allthe times that
you cared for me
But i never reilised it
And now is too late
Forgive me
Now i'am alone filled so much shame
For all the years i caused you pain
if only i could sleep in your arms again
Mother i'm lost without you
You were the sun that brightened my day
Now who's going to wipe my tears away
If only i knew what i know today
Mother i'mlost without you
mbg Dq |
Selasa, 17 Januari 2012
Yang hobi reportase
Reportase Sederhana di Rumah Baca
Rumah Baca kembali mengadakan
acara. Kali ini dalam bentuk workshop dengan tema Jurnalisme Warga (Citizen Journalism). Untuk maksud ini, Rumah Baca
mendatangkan wartawan harian Jurnal Nasional, Wahyu Utomo sebagai narasumber.
Acara berlangsung di Rumah Baca, yang adalah kediaman Hartono Rakiman di
Kampung Parung, Bojongkulur, Gunung Putri Bogor pada tanggal 18 Desember 2011.
Istilah jurnalisme
warga sudah beberapa kali aku dengar. Beberapa komunitas nampaknya sedang
mengembangkan tema yang sama. Tapi apa sebenarnya pengertian jurnalisme warga
itu? Apa bentuknya dan bagaimana
mengembangkannya? Pertanyaan di kepalaku itulah, yang mendorong aku untuk
berdiskusi dengan Komunitas Rumah Baca.
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, termasuk
hitungan tersesat, sampailah aku di Rumah Baca. Saat itu, ruang Rumah Baca
sedang penuh dengan anak–anak. Mereka adalah anak–anak dari Rumah Baca Kids.
Hartono dan Indriyani (istrinya), mengembangkan wadah belajar bagi anak–anak
sekitar rumah. Tampak sekitar tigapuluhan anak dari beragam usia, lagi menyimak
pelajaran yang disampaikan oleh Indriyani. Seorang laki–laki, yang kukenal
kemudian bernama Akbar, ikut mengambil bagian dalam proses belajar pagi itu.
Rumah Baca Kids berlangsung setiap hari minggu, dari pukul
tujuh sampai sembilan pagi. Menurut Indri, ada sekitar tujuhpuluhan anak yang
terdaftar. Namun yang hadir setiap minggu, rata–rata sekitar tigapuluhan anak.
“Dulu aku mengumpulkan anak–anak belajar di masjid. Namun kemudian pindah ke
rumah, agar membuka kesempatan lebih banyak anak lagi yang datang,” cerita
Hartono.
Workshop Jurnalisme Warga yang bakal aku ikuti, baru akan
dilaksanakan setelah anak–anak selesai belajar. Hartono nampaknya senang dengan
kehadiran peserta workshop, ketika proses belajar Rumah Baca Kids masih berlangsung. Aku termasuk diminta
Hartono untuk berkenalan dan berbagi informasi dengan anak–anak. Itulah
mengapa, Akbar yang merupakan peserta workshop ikut membagi cerita tentang
hobbi bersepedanya.
Mendadak mengajar nih, gumanku dalam hati. Hartono hanya
memberikan satu kata kunci yaitu “mimpi”. Anak–anak terlihat senang, bahkan
ketika aku bertanya soal mimpi mereka, ada yang menyebut ingin ke Belanda.
Mereka tidak malu–malu. Anak–anak ini komunikastif. Interaksi antara aku dan mereka tidak
mengalami hambatan. Bahkan kami bernyanyi lagu tentang impian secara bersama.
Di akhir acara belajar, Rumah Baca Kids menyediakan sarapan pagi sebelum mereka
kembali kerumah orangtuanya.
Lalu bagaimana dengan diskusi mengenai Jurnalisme Warga?
Workshop baru dimulai sekitar pukul sepuluh. Hadir kira–kira lima belas
peserta, yang berasal dari mahasiswa, pelajar, aktivis, pegawai swasta,
pengajar, penerbit, profesi lainnya. Sesi perkenalanpun dimulai, menurut
Hartono, ini pertemuan kali keempat dari topik besarnya “jurnalisme”. Hartono
kemudian memberikan kesempatan kepada Wahyu Utomo untuk memaparkan lebih dalam
tentang jurnalisme warga.
Sebelum masuk kedalam pengertian jurnalisme warga, Wahyu
Utomo menjelaskan mengenai reportase. Menurut Wahyu Utomo, reportase adalah
sebuah kegiatan pengumpulan data/fakta yang berasal dari suatu peristiwa.
Reportase tidak selalu berkaitan dengan media, kegunaannya juga untuk penulisan
karya ilmiah dan penelitian. Reportase mengandung unsur peristiwa yang
diperoleh dari hasil pengamatan dengan penggunaan teknik penulisan 5W +
1H. Ada tiga teknik reportase, yaitu
riset, observasi dan yang terakhir wawancara. Masing –masing teknik memiliki
tahapan. Di antaranya dengan mempersiapkan kerangka acuan dan daftar
pertanyaan.
Perbedaan antara jurnalisme warga dengan jurnalisme industri
terletak pada scope. Jurnalisme warga dibatasi tujuannya untuk suatu komunitas.
Sehingga ada perbedaan dari gaya bahasa dan pemberitaan. Newsletter internal,
majalah internal, website internal termasuk juga Kompasiana (media interaksi
yang digagas Kompas) adalah bentuk – bentuk jurnalisme warga. Kaitan reportase
dengan jurnalisme warga, adalah kegiatan jurnalisme warga mengandung juga unsur
reportase. Sehingga jurnalisme warga dapat menyajikan tulisan – tulisan yang
mengandung kebenaran.
Yang menarik, Wahyu Utomo mendorong kami untuk membuat
reportase. Tips yang ia berikan adalah mengamati orang di area publik. Lakukan
pengamatan selama tiga puluh menit. Fokus pada salah satu objek, kemudian
menuangkannya dalam bentuk tulisan. Berikan tulisan itu kepada teman, dan
mintai kritikannya. Ingat, jangan seperti menulis diary ya…Imbuh Wahyu lagi.
Setelah diskusi selesai, Hartono membagikan beberapa buku
dari penerbit Serambi kepada kami. Ia berharap akan ada diskusi lanjutan
melalui blog dan email mengenai tema yang baru saja kami bahas. Ia menutup
acara diskusi Jurnalisme warga dengan mempersilahkan kami menyantap barbeque di
halaman belakang rumahnya.
Inisiatif membangun diskusi di kalangan masyarakat secara
terus menerus akan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap masalah sosial, ekonomi
maupun politik. Rumah Baca hanya menggunakan media sosial sebagai pintu masuk
untuk mempertemukan orang–orang dari beragam profesi. Secara pribadi, tapi
mungkin masih dangkal menilainya, Rumah Baca secara tidak sengaja mendorong
pluralisme warga. Wadah tersebut mampu mendiskusi tema yang beragam dan
mefasilitasi pendapat yang berbeda dari tulisan – tulisan yang dikirim kepada
Rumah Baca. Sekali lagi terima kasih Rumah Baca.
Sabtu, 14 Januari 2012
Hidayah VS Nafsu
Bertas – tas masalah tak pernah tuntas. Menumpuk hingga
keatas. Tidak pernah tau kapan akan diberantas. Berbagai masalah semakin
mengeras tanpa tau mana batas bawah, mana batas atas.
Ketika ada yang dibawah mencoba mengurai masalah yang beranak
–pinak dan semakin pedas dan panas ini, selalu kan terbentur, “mohon petunjuk
Yang Di Atas.”
“Taukah apa yang akan
terjadi?”
“Semuanya akan kandas.”
“Kenapa kandas?”
“Karena petunjuk Yang
Di Atas.”
Saat emas-emas terpancar siap menjadi palu kuning yang akan
menggempur berhala – berhala masalah yang semakin keras, terdengar,
“Bagus!”
“Aku mendukungmu.”
“Jalankan.”
“Oke!”
sambutan berdatangan menyonsong cahaya palu kuning untuk
melunakkan kerasnya berhala –berhala yang selama ini menggelayut mengganggu siapa
saja yang ingin berlarimenembus cakrawala. “Taukah kalian kawan apa yang
terjasi?”
“Mohon petunjuk Yang Di Atas.”
“Selanjutnya bagaimana?”
“sudah pasti: semuakan terhempas.”
“Bahkan taukah kalian kawan?”
“Tidak hanya palu kuning yang meleleh menjadi barang bekas
yang tak berharga dan hanyut di saptitank – saptitank hina, tapi si empunya
emas juga bisa –bisa tertebas menjadi mayat tanpa kepala ditumbuhi belatung –
belatung atau singgat yang menggrogoti kerongkongan dan otak si kepala yang
bergulir diseret arus amarah.”
“Makanya jangan macam
–macam usul, mendikte, apalagi “sok” mengajari Yang Di Atas, jika kalian tak mau terhempas.”
“Hati –hati kawan. Yang Di Atas bahkan bisa mengalahkan Yang
Ter-Atas.”
“Taukah kalian kawan siapa Yang Ter-Atas itu?”
“Yang Ter-Atas tentu lebih hebat dari Yang Di Atas, tapi Yang Ter-Atas tak mau
mengalahkan Yang Di Atas sehingga Yang
Di Atas Merasa sesakti Yang Ter-Atas.”
“Ssstt… jangan bilang siapa-siapa kawan. Ini rahasia. Jangan
sampai tersebar, karena jika sampau tau Yang Si Atas, dia akan memuntahkan
lahar-lahar kemarahan dari tenggorokan, telinga, hidung, mata, dubur, dan dari
semua yang berlubang.”
“Apa itu?” pelan.
“Yang Di Atas tidak pernah sepaham dengan Yang Ter-Atas. Dan
Yang Di Atas juga tidak peduli karena Yang Di Atas menganggap Yang Ter-Atas
sama dengan dirinya.”
“Apakah ingin mengkudeta?”
“Tidak!” keras.
“Tapi Yang Di Atas sudah capek berada di atas. Yang Di Atas
ingin hancurkan semuanya. Semua bangunan yang dibangun oleh Yang Ter-Atas.”
Berbisik.
“Kenapa?.” Lirih.
“Agar tak ada lagi batas atas dan bawah.”
“Kenapa?”
“KOk bisa?”
“Ada apa?”
“Apa sebabnya?”
Berpuluh-puluh pertanyaan menyerbu laksana rentetan peluru.
Hening……
Tak terdengar lagi suara di kamar yang berantakan itu.
Padam. Gelap. Sunyi. Senyap.
Berbisik…….
“Kita semua berlindung saja kepada Yang Maha Atas, atas
segala yang di atas dan yang merasa teratas karena hanya Yang Maha Atas saja
yang mampu mengatasi atas segala masalah.”
Braaak……
Pintu tertutup.
Aku terbangun.
acara perdana RBM
idul fitri adalah hari kemenangan setelah kita melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh, momen itu di isi dengan acara lomba gemar takbir oleh crew RBM, meskipun sempat tertunda acaranya akibat salah prediksi datangnya hari raya idul fitri tapi akhirnya bisa berjalan dengan lancar dan meriah.
terima kasih atas support para sponsor..
ditunggu tahun depan yang lebih meriah ok..
RBM crew galerry nya:
Disfungsi Otak
ketika spektrum matahari yang terang terbias gas nitrogen
dan oksigen garis horizon bumi
menyebar memancarkan sinar kuning dan jingga yang menembus
retina
saat itulah aku duduk
duduk di atas bongkahan tanah yang telah terkikis oleh
natrium clorida air laut......
sambil berfikir...
mengapa saat retina menangkap bayang gadis itu menggetarkan
syaraf otak ku..
seakan mengaktifkan kembali zat-zat dhopmin yang sudah lama
tak bereaksi.....
otak kiriku seakan mengalami disfungsi..
aku seakan tak bisa mengaktifkan fungsi retina secara
otomatis.....
saat kau jauh dari pandanganku
aku tau
aku tak sempurna
tapi dengan dirimu hidupku akan lebih sempurna...
aq tak berjanji tuk slalu membuat mu tersenyum
tapi aku akan selalu berusaha mencegah mu agar kau tak
menangis.....
"kaulah cintaku"
Banyuwangi 14 januari 2012
Ibnu Hafid |
Selasa, 10 Januari 2012
Esensi Sastra
Pengujung Tahun Masehi
Sudah
tahu hidup sementara
mengapa
manusia masih sulit di kata
sudah
tahu hidup sementara
tapi
masih ada saja yang ngefans dengan angkara
murka
tahun
baru
tapi umur bumi semakin merunduk
kapan waktu kita untuk tertunduk
berlutut kepada sang kholiq
ahh....
cukup
..
aku
tak kuat memikirnya
di kutip dari buku Menjemput Kesedihan
oleh AKSI
oleh AKSI
Surabaya,
29 desember 2009
diperankan oleh model |
Sabtu, 07 Januari 2012
setitik mimpi di seribu asa
Ehem….
Tinggalkanlah
gengsi hidup berawal dari mimpi, malam ini aku punya rencana yang tidak begitu
hebat, memang hidup tak selalu indah dan kadang tak sesuai dengan harapan kita,
dimana tak jarang kita mendapat penolakan, cemoohan, sedikit sanjungan dan
banyak hambatan… itulah secuil kehidupan, tapi coba aku cari setitik harapan
dari sejuta mimpi yang selama ini aku rajut bersama alam bawah sadarku, di alam
bawah sadar ku, aku bebas meng ekspresikan semua yang aku mau, mulai dari hal
yang sepele sampai yang kompleks..
Membaca,
dalam kitabku alquran mengajarkan kita harus membaca, membaca apa saja, dengan
begitu kita akan tahu sesuatu, kita bisa memilah sesuatu, kita bisa menentukan
sesuatu, tapi setelah membaca apa yang akan kita lakukan? Seberapa banyak buku
yang aku baca tapi begitu selesai membaca , selesai juga imajinasiku dalam
menikmati dunianya…
Do
(mengerjakan) setiap kepala mempunyai tujuan masing-masing yang berbeda, salah
satu tujuanku adalah menciptakan suasana yang nyaman untuk membaca, tentunya
tak cukup suasananya saja tapi kalau tidak ada yang dibaca sama saja bohong..
Bagaimana
kalau kita menemui sebuah kampong kecil yang ada di sebelah timur pulau jawa
ini ada sederet anak-anak, muda-mudi berkumpul di sebuah gubuk yang
sederhana sedang membaca dan berdiskusi,
kampong yang sederhana itu tak ada kenakalan remaja, dan semuanya mempunyai
pekerjaan dan rajin ketempat ibadah, dan para pemuka agama yang hidup
berdampingan meskipun berbeda keyakinan, sejuk, bersih, tak perlu banyak gedung
mewah disana, tak perlu padat alat transportasi disana, hanya ada sepeda onthel
dan sedikit motor, dan hanya dongkar yang berlalu lalang,
Desa
itu sangat potensial menurutku, sawah terhampar luas, pantai yang indah
membatasi desa itu, apalagi tak jauh telah dibangun lapter, sangat istemewa
bukan.
Dengan
kondisi diatas saya mencoba menerapkan sebuah teori yang simple, yaitu tetap
mempertahankan budaya dan alamnya, tetapi merubah main set orangnya agar
dapat memfilter semua hal baru yang
masuk
Kamis, 05 Januari 2012
Mempertanyakan asumsi, salah satu cara berpikir diluar kotak.
Think outside the box
Sebagai salah satu syarat berpikir diluar kotak, mempertanyakan sebuah asumsi adalah hal yang cukup rumit dilakukan. Mari kita mulai dengan mengerjakan sebuah soal matematika cepat dan tepat dengan pikiran kita. Janganlah anda gunakan kertas dan pensil atau bahkan kalkulator. Cobalah tambahkan angka-angka ini secepat yang anda bisa. Ada 1000 dan tambahkan 40, lalu tambahkan lagi 1000, tambahkan lagi 30. Tambahkan lagi 1000, lalu tambahkan 20. sekarang tambahkan 1000 lagi dan tambahkan 10. Berapa jumlahnya?
Kepercayaan diri mengenai kemampuan kita dalam penjumlahan mendorong kita berasumsi dan langsung melompat kepada kesimpulan. Jika hasil penjumlahan anda adalah 5.000, anda salah seperti 96% orang yang melakukan penjumlahan ini. Angka-angka ini disusun sedemikian rupa supaya orang-orang mendapatkan jawaban yang salah ketika menambahkan yang puluhan. Hasil yang benar adalah 4.100. Itu adalah kebiasaan manusia. Ketika kita berasumsi bahwa kita tahu bagaimana melakukan sesuatu, kita langsung bertindak tanpa berpikir lagi tentang asumsi yang kita buat. Sejarah penuh dengan ribuan contoh dari apa yang terjadi jika seseorang tidak mempertanyakan asumsi.
Berkutat dengan asumsi, bukan pemikiran
Sekali kita menganggap bahwa kita tahu bagaimana seharusnya sesuatu dikerjakan, kita tetap mengerjakan itu, lalu kita mengajarkan orang untuk melakukan hal yang sama, lalu mereka mengajarkannya pada yang lainnya. Begitu seterusnya sampai pada akhirnya orang tidak pernah tahu kenapa hal itu harus diselesaikan dengan cara itu, namun mereka tetap melakukannya. Sikap manusia yang seperti ini mengingatkan saya kepada sebuah penelitian psikologi yang diceritakan oleh dosen saya sewaktu kuliah dulu.
Penelitian dimulai dengan menempatkan lima monyet kedalam satu kandang yang cukup besar. Di dalam kandang, digantung setandan pisang dan dibawahnya ditaruh tangga untuk menjangkau pisang tersebut. Ketika ada seekor monyet yang berusaha untuk mengambil pisang itu, empat monyet yang lain akan disemprot dengan air es. Berikutnya ketika monyet yang berbeda mencoba mengambil pisang itu. Saat kakinya menyentuh tangga, empat monyet yang lain disemprot dengan air es. Tidak berapa lama, semua monyet akan menghalangi setiap ada monyet yang ingin memanjat tangga itu.
Monyet yang ditukar
Setelah beberapa waktu, peneliti mengganti satu monyet dengan monyet baru. Monyet baru itu melihat ada pisang dan berusaha untuk mendapatkannya dengan menaiki tangga. Hal yang sangat mengejutkan dan juga mengerikan adalah keempat monyet yang lainnya menyerang monyet baru itu. Setelah mencoba lagi dan mendapat serangan lagi, monyet baru itu mengerti bahwa jika dia berusaha untuk menaiki tangga, maka ia akan diserang.
Selanjutnya peneliti mengganti salah satu dari empat monyet awal. Monyet pendatang baru ini menuju tangga untuk meraih pisang tapi dia diserang oleh monyet yang lainnya. Monyet baru yang pertama juga ikut menyerang dengan antusias. Selanjutnya monyet-monyet lama itu diganti satu persatu sampai lima monyet awal tidak ada disitu tetapi ketika ada monyet baru yang masuk kesitu dan berusaha menaiki tangga, dia akan diserang oleh monyet yang lain.
Monyet-monyet yang terakhir ini sebenarnya tidak tahu kenapa mereka dilarang untuk menaiki tangga atau kenapa mereka menghajar monyet yang berusaha melakukannya. Setelah semua monyet diganti, tidak ada satupun dari monyet-monyet itu yang pernah merasakan disiram dengan air es. Pada akhirnya tidak ada seekor monyet pun yang mendekati tangga apalagi menginginkan pisang itu. Kenapa begitu? Karena sejauh yang mereka tahu hal itu akan membuat mereka diserang oleh monyet lain.
Kesimpulan
Seringnya orang mengerjakan hal yang sama dengan monyet-monyet tadi. Berapa kali anda mendengar, “nenek moyang kami melakukannya begini, anda jangan mengacau,” alih-alih mempertanyakan asumsi ini, banyak dari kita seperti monyet diatas, hanya meniru apa yang sudah “benar” dikerjakan oleh orang-orang sebelum kita. Memang, ini adalah hal termudah untuk dikerjakan. Cara berpikir seperti ini membuat sebuah komunitas tidak akan pernah maju.
Monyet-monyet diatas mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh diam dan mengikuti begitu saja apa yang pendahulu kita lakukan. Sangat disarankan bagi kita untuk mencari tahu penyebab kenapa sesuatu dilakukan dengan cara seperti itu. Juga perlu mempertanyakan asumsi kita sendiri tentang segala macam hal. Jangan sampai kita mengikuti sesuatu tanpa tahu ilmunya karena jika anda orang Islam, dengan jelas Allah melarangnya.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (Al-Isra’:36)
Bagaimana menurut anda?
Think outside the box
Sebagai salah satu syarat berpikir diluar kotak, mempertanyakan sebuah asumsi adalah hal yang cukup rumit dilakukan. Mari kita mulai dengan mengerjakan sebuah soal matematika cepat dan tepat dengan pikiran kita. Janganlah anda gunakan kertas dan pensil atau bahkan kalkulator. Cobalah tambahkan angka-angka ini secepat yang anda bisa. Ada 1000 dan tambahkan 40, lalu tambahkan lagi 1000, tambahkan lagi 30. Tambahkan lagi 1000, lalu tambahkan 20. sekarang tambahkan 1000 lagi dan tambahkan 10. Berapa jumlahnya?
Kepercayaan diri mengenai kemampuan kita dalam penjumlahan mendorong kita berasumsi dan langsung melompat kepada kesimpulan. Jika hasil penjumlahan anda adalah 5.000, anda salah seperti 96% orang yang melakukan penjumlahan ini. Angka-angka ini disusun sedemikian rupa supaya orang-orang mendapatkan jawaban yang salah ketika menambahkan yang puluhan. Hasil yang benar adalah 4.100. Itu adalah kebiasaan manusia. Ketika kita berasumsi bahwa kita tahu bagaimana melakukan sesuatu, kita langsung bertindak tanpa berpikir lagi tentang asumsi yang kita buat. Sejarah penuh dengan ribuan contoh dari apa yang terjadi jika seseorang tidak mempertanyakan asumsi.
Berkutat dengan asumsi, bukan pemikiran
Sekali kita menganggap bahwa kita tahu bagaimana seharusnya sesuatu dikerjakan, kita tetap mengerjakan itu, lalu kita mengajarkan orang untuk melakukan hal yang sama, lalu mereka mengajarkannya pada yang lainnya. Begitu seterusnya sampai pada akhirnya orang tidak pernah tahu kenapa hal itu harus diselesaikan dengan cara itu, namun mereka tetap melakukannya. Sikap manusia yang seperti ini mengingatkan saya kepada sebuah penelitian psikologi yang diceritakan oleh dosen saya sewaktu kuliah dulu.
Penelitian dimulai dengan menempatkan lima monyet kedalam satu kandang yang cukup besar. Di dalam kandang, digantung setandan pisang dan dibawahnya ditaruh tangga untuk menjangkau pisang tersebut. Ketika ada seekor monyet yang berusaha untuk mengambil pisang itu, empat monyet yang lain akan disemprot dengan air es. Berikutnya ketika monyet yang berbeda mencoba mengambil pisang itu. Saat kakinya menyentuh tangga, empat monyet yang lain disemprot dengan air es. Tidak berapa lama, semua monyet akan menghalangi setiap ada monyet yang ingin memanjat tangga itu.
Monyet yang ditukar
Setelah beberapa waktu, peneliti mengganti satu monyet dengan monyet baru. Monyet baru itu melihat ada pisang dan berusaha untuk mendapatkannya dengan menaiki tangga. Hal yang sangat mengejutkan dan juga mengerikan adalah keempat monyet yang lainnya menyerang monyet baru itu. Setelah mencoba lagi dan mendapat serangan lagi, monyet baru itu mengerti bahwa jika dia berusaha untuk menaiki tangga, maka ia akan diserang.
Selanjutnya peneliti mengganti salah satu dari empat monyet awal. Monyet pendatang baru ini menuju tangga untuk meraih pisang tapi dia diserang oleh monyet yang lainnya. Monyet baru yang pertama juga ikut menyerang dengan antusias. Selanjutnya monyet-monyet lama itu diganti satu persatu sampai lima monyet awal tidak ada disitu tetapi ketika ada monyet baru yang masuk kesitu dan berusaha menaiki tangga, dia akan diserang oleh monyet yang lain.
Monyet-monyet yang terakhir ini sebenarnya tidak tahu kenapa mereka dilarang untuk menaiki tangga atau kenapa mereka menghajar monyet yang berusaha melakukannya. Setelah semua monyet diganti, tidak ada satupun dari monyet-monyet itu yang pernah merasakan disiram dengan air es. Pada akhirnya tidak ada seekor monyet pun yang mendekati tangga apalagi menginginkan pisang itu. Kenapa begitu? Karena sejauh yang mereka tahu hal itu akan membuat mereka diserang oleh monyet lain.
Kesimpulan
Seringnya orang mengerjakan hal yang sama dengan monyet-monyet tadi. Berapa kali anda mendengar, “nenek moyang kami melakukannya begini, anda jangan mengacau,” alih-alih mempertanyakan asumsi ini, banyak dari kita seperti monyet diatas, hanya meniru apa yang sudah “benar” dikerjakan oleh orang-orang sebelum kita. Memang, ini adalah hal termudah untuk dikerjakan. Cara berpikir seperti ini membuat sebuah komunitas tidak akan pernah maju.
Monyet-monyet diatas mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh diam dan mengikuti begitu saja apa yang pendahulu kita lakukan. Sangat disarankan bagi kita untuk mencari tahu penyebab kenapa sesuatu dilakukan dengan cara seperti itu. Juga perlu mempertanyakan asumsi kita sendiri tentang segala macam hal. Jangan sampai kita mengikuti sesuatu tanpa tahu ilmunya karena jika anda orang Islam, dengan jelas Allah melarangnya.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (Al-Isra’:36)
Bagaimana menurut anda?
Surabaya oh Surabaya
Bismillahirohmanirrohim
Tahun baru kali ini sangat berkesan, karna telah kulewati dengan teman-teman ATI (arek teknik industri) bukan hanya itu, karna kebaikan temanku yang dari malang, telah percaya padaku dan mau meminjamkan uangnya utuk membeli mini laptop yang kudambakan…
Tapi aku lhampir lupa tidak berterima kasih secara khusus kepada allah SWT, yang telah member rizki kepada ku, nikmat sehat, dan nikmat kepercayaan kepada temanku untuk saya pinjami uangnya..
Sungguh nikmat yang tidak di sangka-sangka, apa lagi kalu mengingat setahun lalu tepatnya di penghujung 2011 lalu, aku melewatinya dengan teman dekatku yang tak tau dimana sekarang, apakah ia masih ingat dengan itu atau tidak, ya mudah-mudahan selalu mendapat yang terbaik amin..
Dua mala ini surabaya diguyur hujan lebat sekali, sepintas aku lihat dikoran yang ada di warong kopi di kolom metropolis, tertulis suarabaya terancam banjir, mudah-mudahan jangan sampailah, dan mala ini hujan begitu lebat, meskipun aku terbaring di kasur aku bisa melihat dan mendengar dari jendela kamar atas yang terbuka.
Surabaya termasuk jajaran kota yang sangat padat penduduk setelah Jakarta, tapi yang aku rasakan Surabaya tak ubahnya dengan kota impian, seminggu ini tak ada kemacetan, udara yang tak terlalu panas dan yang lebih anehnya lagi tidak ada hiruk pikuk kesibukan seperti hari-hari biasanya, pada kemana orang Surabaya ini, tapi besok hari senin mungkin punggung jalan Surabaya akan tersiksa lagi
Ehmm ternyata ini libur panjang teman, .. Surabaya bisa bernafas kalau libur panjang.. tapi kemana orang-orang itu, apa lagi liburan mungkin sih tapi apakah semuanya, apa sebagian besar penghuni kota ini sudah bukan penduduk asli lagi, kalo iya kemana perginya..
Itulah kawan fenomena yang ada dikota ini, mungkin terjadi hal yang sama dengan kota-kota lain, dimana penduduk local bukan lagi orang yang mendominasi dalam proses pengembangan kota, masih banyak orang miskin kota yang memanggul berjuta masalah, yang berjuang dengan kerasnya hidup, masih banyak kutemui anak asli Surabaya yang pada jam sekolah masih ada di perempatan lampu merah, entah itu jual Koran atau hanya sekedar meminta-minta dan mengharap belas kasihan prngrndara yang lewat.
Lalu coba kita naik kereta api saja dari stasiun semut sampai stasiun wonokromo, kawan akan melihat tempat tinggal yang sangat tidak layak untuk kota yang selalu meraih Award dari presiden, entah penghargaan apa saja yang telah diperoleh,
Kemudian kawan kita intip aja mulai dari sisikota sebelah mana nih, okeh aku mulai dari sebelah barat aja yah…
Jalan Bukit Darmo Boulevard, dari nama jalannya aja kawan bisa bayangkan bagaimana lingkunagan yang bersih, jalan yang mulus, kanan kiri dihiasai dengan bangunan yang artistic, ada ruko BDG yang meniru gaya eropa, ada PTC yang begitu megah dengan mallya, apa anda ingin menikmati seperti ada dikota singapure, atau di itali, roma, pokoknya buagus kata nenek ku dulu.. kmudian kita ke timur sedikit, aka nada bangunan kembar yang menjulang tinggi dan mall mewah siapa yang bangun?
Itu Surabaya bagian barat saja, untuk bagian yang lain kapan ajah, otaku sudah pening memikirkan,,
Langganan:
Postingan (Atom)