menu

Selasa, 08 Mei 2012

Tingkatan Kata Cinta

Tingkatan Kata Cinta
Oleh : Ayung 

Anaa uhibbu ilayk ya habibi….
Mungkin banyak diantara kalian yang pernah mendengar dan mengerti dengan ungkapan bahasa arab di atas? Apalagi anak santri atau anak kelas bahasa, pasti faham!
“saya cinta kamu kekasihku…” itulah makna indonesianya. Tapi sobat cs tau ga kalau kata uhibbu yang berasal dari kata ahabba-yuhibbu yang bermakna “cinta” dalam bahasa Indonesia itu ternyata memiliki diferensi yang amat beragam dalam bahasa Arab. Dalam kitab Dirasat fi al-Hubb karya Yusuf asy-Syaruni pada halaman 30 mengutip pendapat dari Ibnu Qoyyim dalam kitabnya Dzammin Al Hawa menyebutkan bahwa perasaan “cinta” memiliki diferensi kata yang beragam sesuai dengan kadar cintanya itu sendiri.
Pertama itu disebut dengan alaqoh yaitu ketika kita mendengar berita atau melihat sesuatu kemudian melahirkan rasa senang kepada sesuatu tersebut. Misalnya, ketika kita melihat gunung yang besar dan indah hati kita menyenanginya, saat mendengar qiroat yang merdu hati terasa bahagia, ini disebut dengan alaqoh. Kemudian, jika rasa senang tersebut membuat hati kita terbetik untuk mendekat, maka tahapan ini disebut dengan mail.
Seperti contoh diatas, ketika kita melihat gunung lalu meransang diri kita untuk menuju ke gunung tersebut maka ini masuk pada tahapan mail. Sama halnya ketika melihat gadis terus mendekat dan ingin berkenalan juga masuk katagori mail.
Seandainya setelah bertemu dengan cowok atau cewek terus berkenalan dan timbul rasa untuk ingin “menguasainya” atau dengan kata lain ingin menjadi pacarnya, maka disebut dengan mahabbah, yaitu rasa yang mencapai kehendak untuk menguasai, baik berhasil maupun tidak.
Jika dalam psikologi Sigmund Freud tahapan ini hanya dipengaruhi libido (nafsu birahi) semata. Setelah itu, meningkat pada tahapan mawaddah. Jika mahabbah rasa “cintanya” hanya berdasarkan faktor lahiriah (fisikly) saja, namun tahapan mawadah telah mencapai pada tahapan hati. Jika dalam istilah kerennya, “dari mata turun ke hati”. Mawaddah sendiri merupakan perasaan cinta yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang abstrak, seperti akhlaq (attitude), kecerdasaan, kesetiaan, dan lainnya. Selanjutnya rasa cinta ini terus meningkat ketahapan- tahapan selanjutnya, yaitu khullah, ash-shabah,dan al-hawa.
Jika perasaan “cinta” telah menimbulkan jiwa rela berkorban dan membahayakan dirinya sendiri demi kekasihnya maka “cintanya” telah memasuki tahapan al-isyq. Hal ini sebagaimana kecintaannya Zaid bin Haritsah RA pada Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke Thoif. Sahabat Zaid rela dirinya dipenuhi luka demi melindungi orang yang dicintainya (Muhammad SAW) dari lemparan batu kaum Thoif. Apabila perasaan cinta tersebut telah menjalar keseluruh hatinya sehingga tidak ada tempat yang tersisa untuk “cinta’ kepada yang lainnya, maka “cinta seperti ini disebut dengan at-tatayum. Perasaan cinta seperti ini tidaklah pantas dialamatkan pada mahluk karena cinta yang sepenuh hati yang tiada duanya itu hanyalah untuk sang pencipta, Allah SWT.
Tahapan terakhir adalah tahapan waalih, yaitu sang pecinta tidak lagi mampu menguasai dirinya atau tidak lagi mampu berpikir dan membedakan sesuatu akibat cinta tersebut.
Singkatnya: cinta gila. Sebagaimana dicontohkan oleh roman cinta asal timur tengah, Qays dan Laila. Qays menjadi gila dan tanpa makan minum menyebrangi gurun pasir demi menemui kekasihnya hingga akhirnya tewas ditengah gurun pasir. Rasa cinta seperti ini adalah rasa cinta yang “haram” karena sangat buruk dan berbahaya. Cukuplah kita mencintai sebagaimana tahapan-tahapan cinta diatas yang sesuai dengan objek yang kita cintai. Misalnya pada orang lain cukuplah pada tahapan alaqoh tapi pada istri atau suami harus mawaddah atau paling maksimal ya al-isyq. Tergantung anda sekalian sobat.

4 komentar:

eeeeew2 mengatakan...

cintailah sewajarnya saja

Balya Greeneration mengatakan...

namanya anak muda pak...

diah mitra febryanty mengatakan...

kalo khullah, ash-shabah,dan al-hawa itu sendiri artinya apa mas? :)

Balya Greeneration mengatakan...

mbag diah: khullah adalah rasa cinta berdasarkan rasa persahabatan, objeknya disebut Khalil. seperti Nabi Ibrahim disebut khalilullah
ash-shabah adalah perasaan cinta yang disertai rasa rindu yang halus
al-hawa adalah rasa cinta dengan segenap nafsu
Percakapan Obrolan Berakhir