menu

Kamis, 05 Januari 2012

Mempertanyakan asumsi, salah satu cara berpikir diluar kotak.
Think outside the box

Sebagai salah satu syarat berpikir diluar kotak, mempertanyakan sebuah asumsi adalah hal yang cukup rumit dilakukan. Mari kita mulai dengan mengerjakan sebuah soal matematika cepat dan tepat dengan pikiran kita. Janganlah anda gunakan kertas dan pensil atau bahkan kalkulator. Cobalah tambahkan angka-angka ini secepat yang anda bisa. Ada 1000 dan tambahkan 40, lalu tambahkan lagi 1000, tambahkan lagi 30. Tambahkan lagi 1000, lalu tambahkan 20. sekarang tambahkan 1000 lagi dan tambahkan 10. Berapa jumlahnya?

Kepercayaan diri mengenai kemampuan kita dalam penjumlahan mendorong kita berasumsi dan langsung melompat kepada kesimpulan. Jika hasil penjumlahan anda adalah 5.000, anda salah seperti 96% orang yang melakukan penjumlahan ini. Angka-angka ini disusun sedemikian rupa supaya orang-orang mendapatkan jawaban yang salah ketika menambahkan yang puluhan. Hasil yang benar adalah 4.100. Itu adalah kebiasaan manusia. Ketika kita berasumsi bahwa kita tahu bagaimana melakukan sesuatu, kita langsung bertindak tanpa berpikir lagi tentang asumsi yang kita buat. Sejarah penuh dengan ribuan contoh dari apa yang terjadi jika seseorang tidak mempertanyakan asumsi.
Berkutat dengan asumsi, bukan pemikiran

Sekali kita menganggap bahwa kita tahu bagaimana seharusnya sesuatu dikerjakan, kita tetap mengerjakan itu, lalu kita mengajarkan orang untuk melakukan hal yang sama, lalu mereka mengajarkannya pada yang lainnya. Begitu seterusnya sampai pada akhirnya orang tidak pernah tahu kenapa hal itu harus diselesaikan dengan cara itu, namun mereka tetap melakukannya. Sikap manusia yang seperti ini mengingatkan saya kepada sebuah penelitian psikologi yang diceritakan oleh dosen saya sewaktu kuliah dulu.

Penelitian dimulai dengan menempatkan lima monyet kedalam satu kandang yang cukup besar. Di dalam kandang, digantung setandan pisang dan dibawahnya ditaruh tangga untuk menjangkau pisang tersebut. Ketika ada seekor monyet yang berusaha untuk mengambil pisang itu, empat monyet yang lain akan disemprot dengan air es. Berikutnya ketika monyet yang berbeda mencoba mengambil pisang itu. Saat kakinya menyentuh tangga, empat monyet yang lain disemprot dengan air es. Tidak berapa lama, semua monyet akan menghalangi setiap ada monyet yang ingin memanjat tangga itu.
Monyet yang ditukar

Setelah beberapa waktu, peneliti mengganti satu monyet dengan monyet baru. Monyet baru itu melihat ada pisang dan berusaha untuk mendapatkannya dengan menaiki tangga. Hal yang sangat mengejutkan dan juga mengerikan adalah keempat monyet yang lainnya menyerang monyet baru itu. Setelah mencoba lagi dan mendapat serangan lagi, monyet baru itu mengerti bahwa jika dia berusaha untuk menaiki tangga, maka ia akan diserang.

Selanjutnya peneliti mengganti salah satu dari empat monyet awal. Monyet pendatang baru ini menuju tangga untuk meraih pisang tapi dia diserang oleh monyet yang lainnya. Monyet baru yang pertama juga ikut menyerang dengan antusias. Selanjutnya monyet-monyet lama itu diganti satu persatu sampai lima monyet awal tidak ada disitu tetapi ketika ada monyet baru yang masuk kesitu dan berusaha menaiki tangga, dia akan diserang oleh monyet yang lain.

Monyet-monyet yang terakhir ini sebenarnya tidak tahu kenapa mereka dilarang untuk menaiki tangga atau kenapa mereka menghajar monyet yang berusaha melakukannya. Setelah semua monyet diganti, tidak ada satupun dari monyet-monyet itu yang pernah merasakan disiram dengan air es. Pada akhirnya tidak ada seekor monyet pun yang mendekati tangga apalagi menginginkan pisang itu. Kenapa begitu? Karena sejauh yang mereka tahu hal itu akan membuat mereka diserang oleh monyet lain.
Kesimpulan

Seringnya orang mengerjakan hal yang sama dengan monyet-monyet tadi. Berapa kali anda mendengar, “nenek moyang kami melakukannya begini, anda jangan mengacau,” alih-alih mempertanyakan asumsi ini, banyak dari kita seperti monyet diatas, hanya meniru apa yang sudah “benar” dikerjakan oleh orang-orang sebelum kita. Memang, ini adalah hal termudah untuk dikerjakan. Cara berpikir seperti ini membuat sebuah komunitas tidak akan pernah maju.

Monyet-monyet diatas mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh diam dan mengikuti begitu saja apa yang pendahulu kita lakukan. Sangat disarankan bagi kita untuk mencari tahu penyebab kenapa sesuatu dilakukan dengan cara seperti itu. Juga perlu mempertanyakan asumsi kita sendiri tentang segala macam hal. Jangan sampai kita mengikuti sesuatu tanpa tahu ilmunya karena jika anda orang Islam, dengan jelas Allah melarangnya.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (Al-Isra’:36)

Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar: