menu

Senin, 25 Juni 2012

Begadang

BEGADANG*

Wahai engkau yang tidur malam berapa lama lagi engkau tidur
Bangunlah kekasihku, waktunya telah dekat
Ambillah saat-saat di tengah kegelapan malam
Keuntungan tatkala manusia tidur
Siapapun yang tidur hingga malam berlalu
Tidak akan mendapat pangkat dan kekuasaan
(Al-‘Afani, Rahbanullail, I, 615)

Tidak tidur sampai larut malam atau biasa dikenal dengan sebutan bergadang atau dalam bahasa jawa disebut melekan, akhir-akhir ini semakin marak, seiring digelarnya tournament akbar, Piala Eropa EURO 2012. Karena perbedaan waktu antara Eropa dan Indonesia, maka, mau tidak mau, maniak bola harus rela bergadang demi menonton para pahlawan lapangan hijau berlaga.
Kebiasaan bergadang bukan hanya monopoli para pecinta bola, tapi bergadang adalah aktivitas bagi sebagian orang untuk berbagai hal, mulai dari orang-orang shaleh yang tahajud, pedagang sayur di pasar, satpam, penyiar radio, preman terminal, dugemers, bahkan sampai maling ayam pun bergadang. Tapi kata Bang Haji Rhoma Irama dalam salah satu lagunya menyatakan, “bergadang jangan bergadang, jika tak ada perlunya. Bergadang boleh saja, asal ada perlunya.”
Sebagaimana puisi Al-Afani diatas, kita dianjurkan untuk bangun di waktu malam, atau dengan kata lain bergadang karena dengan bergadang kita akan mendapatkan pangkat dan kekuasaan. Pepatah arab mengatakan, man tholabal ula, sahirul layali, barangsiapa mencari kemuliaan, berusahalah sampai larut malam. Pertanyaannya: bergadang yang bagaimanakah yang mendatangkan pangkat, kekuasaan dan kemulyaan tersebut? Tentunya dengan hal  bermanfaat.
Napoleon Bonaparte, pemimpin perancis yang memimpin 200.000 pasukan harus bergadang setiap malam untuk merancang strategi perang menguasai Eropa hingga akhirnya mencapai “Austerlitz”, puncak kemenangan, dengan mengalahkan Britania serta sekutu-sekutunya. Begitupula Ibnu Khaldun, Bapak sodiologi modern, berhasil menyelesaikan masterpiece-nya, Al-Muqaddimah, dikeheningan malam sambil bergadang. Al-Maqrizi, si murid Ibnu khaldun, juga menghabiskan malam-malamnya dengan bergadang. Pada  suatu malam bulan muharram 808 hijriyah, beliau berhasil menyelesaikan kitab setebal 80 halaman hanya dalam satu malam yang diberi judul, Pertolongan ummat dengan Menyingkap kesusahan. Februari 1939 M di Vienna, Gerhand Dumak, seorang apoteker sedang bergadang menyelesaikan ramuan obat sejenis sulfanilamide, sebagai obat penurun panas pertama kali bagi manusia. Dengan penemuan tersebut menjadi pioner pengobatan dengan dengan pengobatan murni.
Bergadang dengan perbuatan positif seperti yang dilakukan mereka diatas adalah bergadang yang menghasilkan kemulyaan, pangkat dan kekuasaan. Napoleon dengan bergadang mampu merancang strategi perang yang hebat hingga mengantarkannya meraih kekuasaan. Ibnu Khaldun dengan bergadang menyelesaikan kitabnya, akhirnya memperoleh kemulyaan dimata para pencari ilmu hingga saat ini.
Selain itu banyak pula kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi pada malam hari, tentunya melibatkan orang-orang yang bergadang. Misalnya, Nabi Muhammad SAW melakukan isra miraj pada malam hari, Napoleon Bonaparteberhasil menjadi pemimpin perancis setelah menyingkirkan dewan majlis perancis juga terjadi pada malam hari, dan pertemuan antar tokoh nasional Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945 di Rengasdengklok untuk rencana kemerdekaan Indonesia dan menghasilkan teks proklamasi  juga terjadi pada malam hari. Itu semua berawal dari bergadang.
Dalam tinjauan agama islam, bergadang dikenal dengan qiyamullail. Qiyamullail bisa berupa sholat tahajjud, berdzikir, tafakkur, I’tikaf, dan lain sebagainya. Dengan qiyamullail inilah kita akan mendapatkan kedudukan, baik di sisi Tuhan maupun di mata manusia. Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi dan Al-Hakim berbunyi: dari Abu Hurairoh RA bahwasannya Rosulullah bersabda: “siapa yang takut, akan bangun. Dan siapa yang bangun akan mendapatkan kedudukan.”  Dalam hadist yang lain diriwayatkan bahwa Allah akan turun ke langit bumi pada sepertiga malam untuk mengabulkan doa dan mengampuni dosa orang-orang yang bertobat.
So, bergadang dengan kegiatan yang positif, seperti beribadah, belajar, berusaha akan menghasilkan hal yang luar biasa. Namun yang perlu diingat, dengan bergadang bukan berarti siang harinya dihabiskan untuk tidur, ini namanya ilmu kalong, siang tidur malam cari makan. Namun bergadang pada pengertian diatas adalah bergadang dalam bentuk goes the extra miles, Perjuangan yang melebihi suatu kebiasaan. Jika orang lain hanya bekerja di siang hari, kita bekerja hingga larut malam. Jika lainnya belajar cuma sampai mentari tak menampakkan sinar lagi, kita belajar hingga fajar terbit kembali. Orang lain hanya beribadah sampai petang, namun kita menambahnya di waktu malam kelam.
Waba’du, selamat bergadang!
·         Ditulis dini hari sambil menahan gejolak hasrat menonton pertandingan perempatfinal euro 2012 antara Italia versus Inggris.

2 komentar:

diah mitra febryanty mengatakan...

haha, berarti ntar ak nk ngerjain skripsi mari tahajjud-an ae ya mas cek cepet mari *aamin
hehehe :D

Balya Greeneration mengatakan...

aminn...