menu

Senin, 07 Januari 2013

Reunian


Lama sekali aku tak mengunjungi blogku ini, blog yang dulunya ku bangun dengan sejuta harapan dan asa, blog yang mungkin bisa menemaniku untuk mencapai sesuatu yang ku impikan selama ini, meskipun mimpi itu semakin hari bukan semakin focus melainkan lama kelamaan menjadi blur dan kemudian menjadi abstrak.
Malam ini kucoba sedikit demi sedikit mengumpulkan setiap resolusi yang pernah ada, agar bisa menjadi suatu gambaran meskipun hanya berupa dot-dot dengan beribu warna, yang ku harap kelak menjadi singkron dan mau menampakkan wujudnya.
Ya semangat penulis kendor, sekendor celana jeans yang semakin hari semakin kebesaran, sudah banyak waktu aku luangkan di toko-toko buku untuk membeli sejumlah buku atau sekedar berhayal untuk memiliki semuanya, panasnya Jl.Semarang tak lagi menjadi kegiatanku.
Motivasi? Motivasi apalagi yang harus di anut, ketika hanya hati dan idealisme yang memegang kendali, dan sisa-sisa space diotak tak sanggup lagi menampung file-file yang banyak terinfeksi virus yang tak terkendali, terus menyebar dan berkembang biak, ada yang bertugas mematikan fungsi logika, ada yang menonaktifakan kreatifitas, dan ada juga yang bertugas memupuk rasa malas. Semua berjalan dengan automatic.
Format? Simple kan, semua akan hilang dan kosong lagi, kosong layaknya tong kosong di tengah jalan yang tak nyaring dan hanya menjadi bahaya bagi pengguna jalan. Melupakan semua mimpi-mimpi dan kerepotannya,  Hidup tak sesimple itu, terkadang hidup itu rumit, serumit source code.
Itulah kenapa RBM tak lagi ada gaungnya, tak ada lagi teriakan yang memekik seperti puisinya Khairil Anwar atau sefenominal resolusi jihad KH. Hasyim Asyari ketika melawan penjajah kala itu. 
mega proyek RBM

Rumah baca mawar masih terus beterbangan di atas kepala, meskipun sesekali menghilang karna sudah bosan dengan janji-janji yang belum di tepati, tapi kemudian datang kembali dengan senyuman dan membawa prototype tentang apa yang akan terjadi bila dirinya bisa menjelma dari hanya suatu bayangan. Dengan semangat dia mempresentasikan mega proyeknya, suasana desa yang asri dengan anak-anak bermain ditaman ada yang sibuk membaca buku komik, novel, pelajaran, dan ada yang sibuk menulis puisi, prosa, cerpen. Dan di sebelah musholla tampak anak usia SD belajar bahasa asing dan mengaji, decak kagumku belum selesai ketika sang angan membuka lembar selanjutnya, di ruangan yang tidak begitu besar dan dinding-dinding yan tertutup buku para pemuda-pemudi berkumpul untuk berdikusi, saling beradu asumsi dalam menyikapi suatu kasus yang sedang terjadi di desa tersebut, apa itu di pinggir jalan kog sibuk banget kelihatannya, itu entrepreneur muda dari desa ini, sebelah utara itu berjualan es cendol, dan yang berdasi itu dalam ruangan ber AC itu, pemuda desa ini yang mencoba mengelolah koprasi dan bank simpan pinjam, agar perekonomian di desa ini semakin menggeliat dan bersinergi satu sama lain, coba lihat jurang pemisah itu lambat laun semakin tak terlihat, dan coba buka lagi lembar selanjutnya.. memaksa pada sang angan tapi dengan nada keras sang angan menolaknya, jangan, jangan sampai kau membuka lembar selanjutnya aku takut kamu gila karna mimpi-mimpimu sendiri, karna sebenarnya masih banyak yang indah-indah untuk kita rencanakan dan kita wujudkan. Terasa seperti dalam film harry potter karna prototype itu tampak nyata seperti LED 3D.
Lumayan mengobati rinduku, meskipun aku merasa masih haus dengan sari bunganya yang belum sempat aku menghabiskannya atau mungkin tak akan habis.



3 komentar:

Ayung Notonegoro mengatakan...

cayo terus RBM
5 tahun lagi itu kan terwujud pasti

diah mitra febryanty mengatakan...

sama

Balya Greeneration mengatakan...

mudah2an