Refleksi Maulid Nabi
Bagi Remaja
Sepanjang
bulan Rabiul Awal peringatan hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW swnantiasa dilaksanakan diberbagai tempat. Mulai
masjid, mushollah, sekolah, lingkungan RT, instansi pemerintah, bahkan sampai
istana negara pun memperingatinya. Jika merujuk pada awal mula penyelenggaraan
maulid nabi yang dipelopori oleh Sultan Salahudin Al-Ayubi (1173-1179 M)
bertujuan untuk meneladani Nabi Muhammad agar menjadi motivasi bagi umat islam
yang kala itu sedang menghadapi perang salib.
Perintah
peneladanan (uswah) pada Nabi
Muhammad telah termaktub dalam al-qur’an: laqod
kaana lakum fi Rosulillahi uswatun hasanah. – sesungguhnya telah ada pada
Rosulullah (Nabi Muhammad) suri tauladan yang bagus bagi kalian (QS
Al-Ahzab:21). Lafad uswatun (suri
tauladan) pada ayat diatas menurut Syekh Ahmad bin Muhammad Ash-Showi merupakan
bentuk isim yang bemakna masdar dari lafad al-ittisaau
yang berarti pengikut. Dengan artian mengikuti Rosulullah dalam ucapan,
perbuatan dan tindakan (Tafsir Showi Juz III).
Pada
umumnya,proses peneladanan terhadap Nabi Muhammad, sebagaimana dalam
ceramah-ceramah maulid nabi, cenderung terhadap nilai-nilai global keluhuran
beliau. Patut kiranya proses peneladanan Nabi Muhammad berdasarkan periodeisasi
usia. Bagaimana masa kecil, beranjak remaja, menjadi pemuda, dewasa, dan tua
Nabi Muhammad berlansung. Sehingga hal ini menjadi pedoman tauladan sesuai
jenjang usia masing-masing, karena – pada umumnya – manusia cenderung meniru
rekan sebayanya.
Selain
itu, meneladani Nabi Muhammad berdasarkan periodeisasi usia memungkinkan untuk mendidik seseorang
menjadi figur yang mendekati Nabi. Meminjam istilahnya Cak Nun (Emha Ainun
Nadjib) Nabi Muhammad bukanlah naabi tiban
secara mendadak dan tiba-tiba
diangkat menjadi seorang nabi, tapi sebelum mengangkat beliau menjadi seorang
nabi terlebih dahulu dikader oleh Allah semenjak kanak-kanak sampai usia emapat
puluh tahun untuk menjadi insan yang siap untuk menyandang presikat nabi dan
rosul. Masa kecil beliau yang penuh keprihatinan dan kemandirian, masa muda
yang digembleng dalam perjuangan, dan masa dewasa yang dihiasi dengan
kebijaksanaan wajib menjadi role model
bagi umatnya sesuai dengan usia masing-masing. Namun hal ini tidak berarti
terbatas hanya pada usia tertentu, teladan nabi berlaku sepanjang masa, shohih ala kulli jaman wal makan.
Remaja
sebagai sosok yang masih mencari jati diri sudah selayaknya menjadikan masa
remaja Nabi Muhammad untuk dijadikan sebagai suri tauladan. Bukan lagi para
selebriti yang hidupnya hedonis dan glamour dijadikan sebagai protothype kehidupan ideal remaja.
Setidaknya
ada tiga peristiwa penting pada masa remaja Nabi yang tercatat sejarah. Pertama, pada usia duabelas tahun (bahkan sampai
dewasa) Muhammad remaja telah menjadi seorang pedaganf trans-nasional. Konon
pada usia duabelas tahun Muhammad diajak pamannya, Abu Tholib, untuk berdagang
ke negara Syam. Kedua, pada usia lima
belas tahun (ada yang berpendapat usia duapuluh tahun) beliau terlibat perang
fijar. Yaitu peperangan antara pihak Quraisy bersama Kinanah, berhadapan dengan
dengan pihak Qais Ailan. Dinamakan perang fijar, karena terjadi pelanggaran
terhadap kesucian tanah haram dan bulan-bulan suci. Muhamamad ikut bergabung
dalam peperangan ini dengan cara mengumpulkan anak-anak panah bagi paman-paman
beliau untuk dilemparkan kembali kepihak musuh. Ketiga, pada usia duapuluh
tahun beliau mengikuti organisasi Hilful
Fudhul. Organisasi ini merupakan bentuk kesepakatan dan perjanjian beberapa
kabilah Quraisy untuk menjaga penduduk Mekkah dan juga lainnya agar tidak
teraniaya dan melawan pihak yang menganiaya. (Sirah Nabawiyah, Syaifurrahman Al-Mabarakfuri)
Pada
tiga peristiwa masa remaja Muhammad mengandung berbagai nilai positif untuk
pembentukan karakter dan jati diri remaja saat ini. Pada peristiwa pertama,
suri tauladan pada diri Nabi nampak pada
kejujuran dan ke-amanah-annya dalam berdagang. Pada kegiatan perdagangan juga terdapat bentuk
pelatihan keahlian (skill ) dan
profesionalisme yang dibutuhkan pada saat itu. Jika dianalogikan zaman
sekarang, keikutsertaan Nabi dalam perdagangan selayaknya pendidikan sistem
ganda (PSG) pada sekolah – sekolah menengah kejuruan (SMK) dan sejenisnya
sekarang. Selain itu,kegiatan berdagang Nabi semenjak remaja memberikan
legetimasi untuk sedini mungkin mengasah jiwa entrepreneur.
Pada
peristiwa kedua, perang fijar, mengandung teladan untuk penanaman semangat
perjuangan melawan kebatilan, kedzaliman,dan kedurhakaan, baik yang terdapat
pada dir sendiri maupun diluar diri sendiri, semenjak remaja. Hal ini juga
mengajarkan penanaman sifat berani pada para remaja dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Jangan hanya
bersembunyi diketiak orang tua ketika menghadapi permasalahan.
Begitupula
pada peristiwa Hilful Fudhul memeberikan
teladan bagi remaja untuk bekerja bersama-sama (teamwork) dalam menegakkan kebaikan, kebenaran, kedamaian dan
ketertiban baik dalam diri sendiri maupun dalam lingkungannya, tentunya dalam
perspektif kebenaran Allah SWT. ( Prophetic
Intelligence, Hamdani Bakran). Dalam upaya ini, para remaja bisa
menyalurkannya, misalnya, melalui berbagai organisasi-oraganisasi kepemudaan.
Dari
uraian diatas ,dapat disimpulkan bahwa prilaku remaja ala Muhammad adalah dengan
senantiasa belajar dalam rangka peningkatan pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill
). Berjuang untuk menegakkan kebenaran dan mensejahterakan kehidupan. Dan
semua itu dilakukan dalam lingkup bertaqwa kepada Allah SWT. Inilah sebuah
refleksi maulid nabi bagi remaja yang kiranya bisa dijadikan renungan ditengah
fenomena pergaulan remaja yang semakin rentan terhadap hal-hal negatif seperti
narkoba dan sex bebas. Dan hal ini juga menjadi perenungan terhadap pemaknaan
peringatan maulid nabi yang mengalami distorsi makna, yaitu dengan mengadakan
hal-hal yang mubadzir dan mengarah kearah kemaksiatan. Selamat belajar,
berjuang, bertaqwa. Astagfirullaha min qauli bilaa amalin.
Ayung
Nitinegara
PAC
IPNU Banyuwangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar